Omicron Merajalela, Ilmuwan Desak Masyarakat Suntik Booster Kedua Vaksin Covid

Merdeka.com – Para ilmuwan mendesak masyarakat melakukan suntik booster kedua vaksin Covid-19 ketika tersedia. Desakan ini disampaikan ketika virus corona varian Omicron semakin merajalela dan menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara.

Sejumlah negara memperluas ketersediaan booster kedua setelah subvarian Omicron BA.5 terus menyebar.

Awal pekan ini, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperluas syarat untuk mendapatkan booster kedua yaitu untuk warga berusia 60 tahun ke atas dan orang-orang yang rentan berapapun usianya. Kebijakan ini dikeluarkan setelah jumlah pasien di rumah sakit dan ICU meningkat.

Namun demikian, Uni Eropa belum mewajibkan dosis kedua untuk masyarakat umum, dengan alasan kurangnya bukti kuat terkait manfaatnya.

Di Inggris, booster kedua diberikan untuk warga berusia 75 tahun ke atas, pegawai panti jompo, dan mereka yang memiliki masalah imun. Australia memperluas pemberian booster kedua untuk mereka yang berusia 30 tahun ke atas. Sedangkan Amerika Serikat memberikan booster kedua untuk warga berusia 50 tahun ke atas.

Profesor Penelope Ward dari Fakultas Kedokteran Farmasi King’s College London mengatakan, tingkat perlindungan vaksin terhadap penyakit parah menurun seiring waktu dan berkurang dari di atas 90 persen menjadi kurang dari 75 persen pada orang yang disuntik vaksin terakhir enam bulan lalu.

“Kita tahu bahwa varian baru ini bisa menginfeksi dan menyebabkan penyakit walaupun telah vaksinasi dan tujuannya adalah untuk mencegah orang mengalami penyakit yang lebih parah yang butuh perawatan rumah sakit atau ICU,” jelasnya, dikutip dari South China Morning Post.

Ahli imunologi virus dari University of Newcastle di Australia, Nathan Bartlett mengatakan efek perlindungan vaksin cenderung menurun seiring bertambahnya usia karena orang yang lebih muda lebih tahan terhadap penyakit parah Covid-19, tetapi dosis booster kedua masih bisa membantu.

“Masih ada manfaat karena memperkuat kembali tingkat kekebalan kemungkinan akan mengurangi keparahan dan durasi penyakit yang akan mengurangi penularan, dan risiko Covid yang lama.” [pan]

Baca juga:
Jepang Laporkan Kasus Covid-19 Harian Tertinggi Sejak Februari
Petugas di China Paksa Masuk Rumah Warga untuk Buru Kontak Dekat Pasien Covid-19
Selama Pandemi Banyak Warga Australia Sakit Mata, Ternyata Ini Penyebabnya
Penambahan Kasus Covid-19 Tertinggi di Jawa dan Bali
Waspada, Negara Tetangga Indonesia Laporkan 9. 000 Kasus Covid-19
Korea Utara Klaim Covid-19 Hampir Usai, Ini Alasannya


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *