Buka Tutup Tebet Eco Park, Pengamat Tata Kota Nilai Bentuk Kurang Matang Persiapan

Merdeka.com – Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta masih melakukan penataan, dan perbaikan sarana fasilitas Tebet Eco Park. Taman tersebut ditutup untuk sementara waktu karena terdapat kerusakan akibat jumlah pengunjung yang berlebih.

Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Suzi Marsitawati mengatakan, rumput dan toilet adalah fasilitas yang paling banyak mengalami kerusakan. Untuk itu, pihaknya akan membatasi jumlah pengunjung dan sederet ketentuan lainnya bagi pengunjung Tebet Eco Park.

Pengunjung diminta membuat jadwal kunjungan terlebih dahulu melalui aplikasi JAKI, saat masuk gerbang diharuskan scan barcode.

“Ada scan barcode. Bagi pelanggar kita berikan kartu merah ke pengunjung kan sudah terawasi karena dengan adanya jumlah yang dibatasi maka mudah untuk diawasi dan yang melanggar itu selama 3 bulan tidak boleh masuk taman Tebet,” ujar Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Suzi Marsitawati di Balai Kota Jakarta, Senin (4/7).

Menanggapi kebijakan itu, pengamat Tata Kota Nirwono Yoga mengatakan kebijakan membuat penjadwalan melalui aplikasi hanya bersifat sementara. Hal itu tergantung dengan ‘hype‘ Tebet Eco Park di media sosial.

Nirwono menuturkan, euforia masyarakat berbondong-bondong datang ke Tebet Eco Park hampir sama dengan Taman Kalijodo saat diresmikan oleh gubernur saat itu, Basuki Tjahaja Purnama.

“Tebet Eco Park sebenarnya tidak ada yang istimewa dibandingkan dengan taman-taman lingkungan atau kota yang lain. Hanya karena viral saja kelihatan medsos membuat Tebet Eco Park banyak dikunjungi, hal sama pernah terjadi saat viral Taman Kalijodo diresmikan Pak Ahok dulu,” kata Nirwono saat dikonfirmasi merdeka.com, Jumat (8/7).

Nirwono juga berpandangan, Pemprov DKI sudah salah sejak awal terhadap desain Tebet Eco Park, di saat peran media sosial sangat berdampak terhadap popularitas sebuah tempat.

Layaknya sebuah taman, Pemprov DKI tidak mengantisipasi ledakan pengunjung, terlebih pembukaan taman tersebut bertepatan dengan libur Idulfitri. Akibatnya, muncul pedagang kaki lima, parkir liar marak, dan mengganggu arus lalu lintas di sana.

Dia menambahkan, kurang matangnya Pemprov DKI terhadap Tebet Eco Park saat muncul wacana zona rendah emisi di kawasan taman tersebut.

“Taman skala lingkungan ya dirancang sederhana saja buat penghuni Tebet utamanya, sehingga mereka cukup jalan kaki atau bersepeda ke tamannya, dengan sendirinya akan menjadi zona rendah emisi,” jelasnya.

Selama taman tersebut ditutup dan saat ini Terowongan Kendal dan Dukuh Atas menjadi pusat tongkrongan remaja Citayam, Nirwono berpandangan popularitas Tebet Eco Park juga akan luntur seiring tempat-tempat baru nan populer berdasarkan media sosial.

“Sebentar lagi Tebet Eco Park tidak akan ramai lagi, nanti pas Taman Chriatina Marthatiahahu di Blok M selesai direvitalisasi, warganet akan berbondong-bondong ke sana, apalagi mudah dicapai, dekat Blok M dan M Block,” katanya.

[rhm]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *