Warga Sipil – Warga Nahdlatul Ulama (NU) tampaknya masih berjuang untuk mendamaikan Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar ( Cak Imin ). Salah satunya dilakukan oleh Forum Warga Nahdliyin Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Mereka berencana memfasilitasi terwujudnya islah atau rekonsiliasi antara putri Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid dan Ketua Umum PKB tersebut. Rekonsiliasi dua tokoh NU itu perlu diupayakan demi ketenteraman warga Nahdliyin, termasuk kebesaran partai yang didirkan oleh Gus Dur itu.
“Awal pendekatan, kami nanti yang akan menghubungi beliau-beliau berdua. Kita ajak ngopi, kita ajak ziarah ke Mlangi dulu,” ucap Ketum Forum Warga Nahdliyin DIY KH Fahmi Basya di Yogyakarta, Minggu 13 Agustus 2023.
ADVERTISEMENT
Rencana tersebut disampaikan Pimpinan Ponpes Alfalahiyyah Mlangi itu, merespons pernyataan salah satu peserta Silaturahim Forum Warga Nahdliyin DIY. Dia meyakini bahwa rekonsiliasi Yenny Wahid dan Cak Imin adalah kunci mengembalikan kebesaran PKB .
Meski keduanya belum mencapai titik temu dalam konteks pandangan politik, Fahmi Basya meyakini hubungan pribadi antara keluarga Gus Dur dan Cak Imin sejatinya baik-baik saja.
“Saya bagaimanapun juga murid dari Gus Dur , kemudian saya dekat dengan Mbak Yenny dan Mas Muhaimin. InsyaAllah apa yang dimunculkan tadi akan kami fasilitasi,” katanya.
Sebagai santri sekaligus Nahdliyin, Fahmi Basya menuturkan selalu dididik agar tidak menyimpan dendam satu sama lain.
“Kalau kemudian ada dendam sebenarnya harus dipertanyakan kesantrainnya, tapi dari keduanya insyaAllah enggak lah,” ujarnya.
Fahmi Basya mengatakan, berbeda dalam persoalan politik adalah fenomena yang biasa dan wajar di NU. Meski demikian, gagasan untuk menyatukan keduanya dalam konteks politik adalah hal yang positif.
“Banyak dari dulu seperti itu, tapi insyaAllah kalau itu dipandang relevan mampu memberikan dulangan suara yang luar biasa untuk PKB dan untuk ketenteraman warga Nahdliyin pada umumnya,” tuturnya.
Fahmi Basya, secara prinsip Forum Warga Nahdliyin DIY bersepakat akan memberikan dukungan kepada tokoh-tokoh Nahdliyin di seluruh tingkatan untuk mengisi jabatan strategis baik di lingkup legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Konflik politik antara Yenny Wahid dan Cak Imin hingga kini belum tuntas. Dalam sebuah pernyataan, Yenny Wahid baru-baru ini mengatakan bahwa keluarga Gus Dur dengan tegas bakal menarik diri dan tidak akan mendukung Prabowo Subiato jika mengangkat Cak Imin sebagai cawapresnya pada Pemilu 2024.
Dia menyebutkan bahwa perilaku Cak Imin yang melakukan kudeta Gus Dur di PKB di masa lalu adalah alasan kuat untuk tidak mendukung Prabowo Subianto.
Berdasarkan pemberitaan, perselisihan antara kubu Gus Dur dan Cak Imin di PKB dimulai sejak Muktamar 2005. Pada saat itu, Cak Imin terpilih menjadi Ketua Umum PKB . Sedangkan Gus Dur ditetapkan menjadi Ketua Dewan Syura PKB .
Ternyata sejak muktamar tersebut, muncul 2 kubu di dalam PKB yakni kubu Gus Dur dan kubu Muhaimin. Kemudian pada Maret 2008, muncul kabar ada upaya untuk melengserkan Gus Dur dari posisi Ketua Dewan Syura PKB melalui Muktamar Luar Biasa (MLB).
Dalam rapat rutin gabungan DPP PKB pada 26 Maret 2008, diputuskan mencopot Cak Imin dari posisi Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB . Dari 30 orang yang hadir, 20 orang memilih opsi agar Cak Imin mundur, 5 orang mendukung agar digelar MLB, 3 suara menolak MLB, dan 2 absen.
Dalam pemungutan suara itu, Gus Dur , Cak Imin , dan Mahfud MD tidak mendapat hak suara. Cak Imin kemudian mengajukan gugatan kepada Gus Dur ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas keputusan pemecatannya.
Selain itu, Sekretaris Jenderal PKB yang saat itu dijabat Lukman Edy juga menggugat Gus Dur karena dipecat dengan alasan rangkap jabatan. PKB pimpinan KH Abdurrahman Wahid pun menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) di Ponpes Al-Asshriyyah, Parung, Kabupaten Bogor, pada 30 April sampai 1 Mei 2008.
MLB tersebut menghasilkan keputusan Gus Dur sebagai Ketua Umum Dewan Syuro PKB . Ali Masykur Musa menggantikan Cak Imin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz, dan Yenny Wahid tetap sebagai Sekjen.
Tak mau kalah, Cak Imin juga menggelar MLB di di Hotel Mercure Ancol pada 2 sampai 4 Mei 2008. MLB itu menghasilkan keputusan Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB .
Sementara itu, dalam MLB kubu Cak Imin juga menetapkan KH Aziz Mansyur sebagai Ketua Dewan Syuro, dan Lukman Edy sebagai Sekjen. Meski terjadi dualisme, tetapi PKB lolos sebagai salah satu partai peserta Pemilu 2009.
Proses pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) kedua kubu pun terpisah. PKB Gus Dur menggelar pendaftaran caleg di kantor DPP PKB di Kalibata, Jakarta Selatan. Sedangkan PKB Muhaimin menggelar pendaftaran caleg di kantor Lembaga Pemenangan Pemilu PKB .
Bahkan ada kejadian menarik pada saat pengambilan nomor urut parpol pada 9 Juli 2008 di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yenny Wahid dan Muhaimin berebut kertas nomor urut partai, tetapi kemudian mengangkat kertas nomor urut dengan angka 13 secara bersama-sama. Konflik di tubuh PKB semakin meruncing.
Pada Mei 2008, Cak Imin memecat Yenny Wahid dari posisi Sekjen PKB . Alasannya adalah Yenny Wahid terbukti indisipliner dan mengancam keutuhan partai.
Kedua kubu lantas saling menggugat ke pengadilan. Namun pada 19 Juli 2008, Mahkamah Agung memutuskan menolak permohonan kasasi PKB Gus Dur .
Dalam putusan bernomor 441/kasus kasasi/Pdt/2008 itu, MA memutuskan struktur kepengurusan PKB kembali ke hasil Muktamar Semarang 2005. Gus Dur tetap sebagai Ketua Umum Dewan Syura, dan Cak Imin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz.
Akan tetapi, PKB kubu Gus Dur akhirnya tersingkir. Akibat konflik internal itu, perolehan suara PKB pada Pemilu 2009 sempat anjlok dengan hanya meraih 5,14 juta suara dan 28 kursi di DPR. Padahal pada Pemilu 2004, PKB meraih 11,99 juta suara dengan 52 kursi di DPR.***