RI Siap-siap! BI Wanti-wanti Ekonomi 2023 Gelap

RI Siap-siap! BI Wanti-wanti Ekonomi 2023 Gelap

wargasipil.com – Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengingatkan bahwa perekonomian Tanah Air bakal terdampak dari risiko resesi global pada tahun depan. Pasalnya, resflasi akan menjadi hantu yang membayangi ekonomi Indonesia.

Dody mengungkapkan risiko gejolak ekonomi global ini dipicu oleh ketegangan geopolitik yang telah memberikan dampak signifikan di sektor perdagangan hingga investasi.

Adapun Indonesia akan terkena dampaknya. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbuka, sehingga dampak dari gejolak ekonomi global turut membawa dampak pada perekonomian Indonesia.

“Indonesia tak terlepas dari gejolak global yang dapat mengancam tekanan perlambatan ekonomi di Indonesia dan menimbulkan instabilitas pada perekonomian kita,” jelas Dody dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Regional Kalimantan, dikutip Selasa (13/12/2022).

“Risiko stagflasi – perlambatan ekonomi dengan inflasi tinggi, atau resflasi – ekonomi dan inflasi tinggi perlu diwaspadai,” kata Dody lagi.

Kendati demikian, BI menekankan bahwa semua risiko baik itu stagflasi dan resflasi masih bisa dimitigasi. Kuncinya adalah adalah, dengan mengkomunikasikan secara jelas arah kebijakan, sinergi dan inovasi.

“Itu adalah kunci ketahanan dan penyelamat ekonomi dari risiko krisis, dari risiko tekanan global di 2023,” jelas Dody.

Dody mengakui bahwa ketidakpastian yang masih akan menjadi tantangan pada perekonomian Indonesia, mulai dari memburuknya rantai pasok global akibat perang Rusia dan Ukraina. Dengan demikian, kondisi ini akan menyebabkan harga energi dan pangan ikut naik dan laju inflasi mencapai level tertingginya.

Ketidakseimbangan suplai dan permintaan dunia tersebut, membuat BI memperkirakan inflasi dunia akan naik dari 6,4% (year on year/yoy) pada 2021, menjadi 9,2% (yoy) pada 2022.

“Ini merupakan inflasi tertinggi, bahkan negara maju sudah double digital di atas 10% di tahun ini,” ujar Dody.

Alhasil, kenaikan inflasi yang tinggi membuat bank sentral di banyak negara maju juga harus mengetatkan kebijakan moneternya, dengan menaikan suku bunga acuan.

Tren Inflasi

Oleh karena itu, tren kebijakan suku bunga dan inflasi yang tinggi secara global diperkirakan akan lebih lama berlangsung. Sehingga hal ini menjadi salah satu hal yang akan diwaspadai BI bersama otoritas terkait dalam mengambil kebijakan di tanah air.

Respon kebijakan moneter dalam rangka memerangi inflasi, kata Dody akan menjadi warna dalam perekonomian di tahun ini hingga tahun depan.

“Diperkirakan kombinasi moneter ketat, inflasi global akan turun 5,2% di 2023 dan kembali ke angka 3,8% pada 2024,” jelas Dody.

“Kalau semua negara maju menetapkan 2%, inflasi masih akan jadi ancaman di banyak bank sentral negara lain. Kita akan melihat kebijakan moneter bertahan relatif tinggi dalam 1-2 tahun ke depan,” kata Dody lagi.

Meskipun demikian, dia melihat inflasi di tanah air mampu terjaga berkat sinergi antar otoritas, sehingga membawa level inflasi secara bertahap menurun, di tengah inflasi dunia yang tinggi.

Seperti diketahui, inflasi Indonesia secara tahunan (year on year/yoy) sejak September hingga November 2022 mengalami laju inflasi yang menurun.

Pada September 2022, inflasi tercatat sebesar 5,95%, turun menjadi 5,71% pada Oktober 2022 dan terakhir pada November 2022, inflasi Indonesia turun lagi menjadi 5,42% .