Pamit ke Rumah Teman, Jadi Korban di Kanjuruhan

Pamit ke Rumah Teman, Jadi Korban di Kanjuruhan

DUKA akibat tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, menyebar ke berbagai penjuru. Banyak wilayah di Jawa Timur yang harus kehilangan warga mereka akibat insiden berdarah seusai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya tersebut.

Seperti dilaporkan Jawa Pos Radar Pasuruan, ada delapan warga Kabupaten Pasuruan yang kehilangan nyawa akibat tragedi terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia tersebut. Mukhammad Nizamudin, 15, warga RT 3, RW 5, Desa Karangpandan, Kecamatan Rejoso, salah satunya.

Kades Karangpandan Ahmad Yunus mengatakan, pada Sabtu (1/10) pagi korban izin bermain ke rumah temannya di Gondang Wetan, Kabupaten Pasuruan. Namun, ternyata mereka pergi ke Malang untuk menonton Arema lawan Persebaya. Sementara itu, motornya dititipkan di rumah temannya sampai sekarang.

Kemarin (2/10) pukul 08.00 Yunus mendapat laporan bahwa salah seorang warganya meninggal akibat kisruh di Kepanjen. Yunus bersama ayah korban, Sugianto, 52, serta anggota polsek dan Kecamatan Rejoso lantas berangkat menjemput jenazah korban ke Malang.

Di Wirolegi, Jember, kabar jelang tengah malam melalui telepon seluler pada Sabtu lalu itu menghantam Nur Laila dengan keras. Dia mendapat kabar bahwa adik perempuannya, Faiqotul Hikmah, turut menjadi korban meninggal dunia tragedi Kanjuruhan.

Jawa Pos Radar Jember melaporkan, Wirolegi kehilangan dua warganya sekaligus dalam peristiwa tersebut: Faiqotul Hikmah, 22, dan Nauval Putra Aulia, 19.

Laila mengatakan, ambulans yang mengantarkan jenazah adiknya tiba kemarin pukul 07.30. Wajah sang adik penuh dengan lebam. Bahkan, sebagian bibirnya terlihat memar. Tak hanya itu, punggung bawah juga mengalami luka lebam. ’’Banyak luka lebam di sekujur tubuhnya,’’ ungkapnya.

Laila mengaku keluarga diharuskan membayar jasa transportasi kepada pihak ambulans sebesar Rp 2,5 juta. ’’Adik saya itu memang suka bola. Tapi, bukan hanya Arema, dia juga sering nonton Persid Jember,’’ tambahnya.

Munif Latiful Ihsan juga tidak datang sendirian ke Kanjuruhan. Dia berangkat bersama 41 orang lainnya dari Kabupaten Magetan.

Sayangnya, dia menjadi satu-satunya dari rombongan tersebut yang tidak bisa pulang. Pemuda 18 tahun itu menjadi salah seorang korban meninggal tragedi Kanjuruhan.

Seperti dilansir Jawa Pos Radar Magetan, David Ari Romadona, salah seorang kawan serombongan Ihsan, menyebut, begitu bisa keluar dari stadion yang tengah chaos, dirinya dan kawan-kawan berkumpul di luar. ’’Tapi, Ihsan tidak ada,” ujarnya.

Sekitar pukul 04.30 mereka baru mendapat kabar bahwa Ihsan ada di RS Wava Husada, Kepanjen, Kabupaten Malang. ’’Ihsan kami temukan, tapi sudah tidak bernyawa,’’ tutur David.

Jenazah Ihsan diantar ke Mojopurno sekitar pukul 06.00. Isak tangis langsung pecah begitu jenazah anak pertama pasangan Mujiono dan Elik Setiyawati itu tiba di rumah duka pukul 11.19. ’’Pamit menonton pertandingan Arema melawan Persebaya, ternyata jadi korban,’’ kata Syamsul, paman mendiang Ihsan.

Syamsul mengungkapkan, keluarga mulai cemas saat mengetahui bahwa laga derbi Jatim di Liga 1 itu berakhir chaos. Suporter merangsek turun ke lapangan. Gas air mata yang ditembakkan aparat kian memperkeruh situasi. ’’Beberapa jam setelah pertandingan, teman Ihsan memberi kabar bahwa dia (Ihsan, Red) dicari tidak ketemu,’’ ujarnya.

—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”