wargasipil.com – Sebagai negara pengimpor minyak alias net importir, Indonesia tak terhindarkan untuk bergantung pada negara lain atas pasokan minyak mentah dan juga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Namun sayangnya, impor minyak dan juga BBM Indonesia setiap tahunnya justru semakin meningkat. Ini tentunya akan semakin memberatkan negara karena mau tak mau cadangan devisa negara harus terkuras untuk pembelian minyak dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) ini.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, impor minyak mentah Indonesia pada 2021 tercatat mencapai 104,40 juta barel, melonjak 31% dibandingkan 2020 yang sebesar 79,68 juta barel. Adapun pada 2019 impor minyak mentah RI sebelum masa pandemi Covid-19 mencapai 89,31 juta barel.
Begitu juga dengan impor BBM Indonesia. Pada 2021 tercatat impor produk minyak atau BBM Indonesia mencapai 22,09 juta kilo liter (kl), naik 5,8% dibandingkan impor pada 2020 yang sebesar 20,87 juta kl.
Impor BBM tersebut berupa bensin, baik dengan nilai oktan (RON) 88 atau dikenal dengan merek Premium, RON 90 atau setara Pertalite, RON 92 atau setara Pertamax, RON 95, diesel (gasoil), naphta, HOMC, hingga bahan bakar pesawat seperti avtur dan avgas.
Namun ternyata, impor BBM pada 2021 terbanyak bukanlah berupa bensin dengan nilai oktan (RON) 90 atau setara Pertalite yang dijual PT Pertamina (Persero), meskipun dari sisi konsumsi BBM, terbesar masih didominasi oleh Pertalite.
Konsumsi bensin setara Pertalite pada 2021 mencapai 23,29 juta kl, sementara bensin setara Pertamax (RON 92) tercatat “hanya” sebesar 5,71 juta kl.
Adapun impor produk BBM terbesar pada 2021 yakni berupa bensin dengan nilai oktan 92 atau setara Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) atau Shell Super yang dijual Shell Indonesia.
Impor bensin RON 92 pada 2021 tercatat mencapai 9,84 juta kilo liter (kl), melonjak 52% dibandingkan impor pada 2020 yang sebesar 6,49 juta kl. Bahkan, impor bensin RON 92 pada 2021 ini lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda pada 2019. Impor bensin RON 92 pada 2019 tercatat sebesar 7,95 juta kl.
Sebelumnya, impor bensin RON 92 tertinggi terjadi pada 2018 yang sebesar 9,29 juta kl. Sebelum 2015, impor bensin RON 92 ini bahkan hanya berjumlah ratusan ribu kl per tahunnya.
Impor bensin setara Pertamax ini lebih tinggi dibandingkan impor bensin dengan nilai oktan 88 (Premium) dan RON 90 atau setara Pertalite. Pada 2021, impor bensin RON 88 dan Pertalite ini tercatat sebesar 8,15 juta kl.
Impor bensin Pertalite justru terlihat menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2020 impor bensin RON 90 ini tercatat mencapai 9,70 juta kl, dan pada 2019 bahkan mencapai 11,08 juta kl.
Lantas, apa yang menyebabkan lonjakan impor bensin RON 92 pada 2021 ini?
Masih mengutip data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, terlihat produksi bensin RON 92 dari kilang minyak di dalam negeri pada 2021 anjlok 41% menjadi 28,57 juta kl dari 48,29 juta kl pada 2020.
Sebaliknya, produksi bensin RON 88 dan RON 90 pada 2021 justru meningkat 49% menjadi 62,22 juta kl dari 41,83 juta kl pada 2020 lalu.
Anjloknya produksi bensin RON 92 pada 2021 diduga salah satunya karena sempat terjadinya kebakaran pada tiga dari empat tangki BBM di Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, pada 29 Maret 2021 lalu. Akibat peristiwa itu, operasional kilang dihentikan selama beberapa hari.
Berikut impor bensin RON 92 selama 2011-2021:
2011: 319 ribu kl2012: 213 ribu kl2013: 268 ribu kl2014: 619 ribu kl2015: 1,30 juta kl2016: 3,78 juta kl2017: 7,01 juta kl2018: 9,29 juta kl2019: 7,95 juta kl2020: 6,49 juta kl2021: 9,84 juta kl.
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”