WargaSipil.com – Kain batik kini bisa menjelma menjadi item fashion kekinian. Dengan cutting yang modern, seseorang bisa mengenakan batik dalam keseharian tanpa menghilangkan maknanya.
Hal ini pula yang dilakukan Founder Batik Trusmi Sally Giovani bersama Ayu Dyah Andari lewat kolaborasi melalui karya batik bertajuk Basundari Kala di Wedari. Ini merupakan sebuah wujud jernih eksistensi batik trusmi sekaligus bentuk nyata Ayu Dyah Andari sebagai perancang busana yang secara konsisten menggelar karya ciptanya di hadapan publik.
Ayu Dyah Andari dan batik trusmi menyerukan semboyan Woman Supports Woman dalam Basundari. Mereka menghela perempuan-perempuan kreatif untuk ikut berdaya dalam pergelaran kali ini.
Ada Passion Jewelry untuk aksesori yang menggunakan precious stone, Tiyasa untuk tas berbahan wastra Indonesia, yang kali ini menggunakan batik mega mendung asal Cirebon, dengan ciri handle yang terbuat dari kulit lizard, serta Rajoet untuk tas daur ulang berbahan plastik dengan temali macrame.
Makna Basundari
Basundari bermakna bumi dan dipakai sebagai nama perempuan kuat yang menguasai darat, udara, laut. Darat terwakili oleh mawar-mawar yang telah menjadi elemen khas dalam tiap rancangan Ayu Dyah Andari. Udara direpresentasikan dengan motif mega mendung batik trusmi.
Laut diterjemahkan menjadi aksesori yang diciptakan khusus oleh Passion Jewelry untuk koleksi Basundari, seperti anting, cincin, gelang, kalung dan bros dengan nama, Gems of Katulistiwa. Batik trusmi punya tanggung jawab menghidupkan serta menjaga batik untuk tetap menjadi identitas bangsa Indonesia.
“Kolaborasi ini melahirkan desain batik semakin mengagumkan, mulai dari baju sehari-hari hingga resmi,” ujar Sally
Warna dan Motif
Warna yang ditampilkan mulai dari warna lembut seperti krem, coklat muda, gading, baby pink, khaki, hingga warna kuat seperti hijau limau, fuchsia, kuning, ungu, hijau daun, pink terang, kuning, hitam, putih, merah, ungu, oranye, biru. Baik Ayu maupun Sally, terjun langsung secara total dan mendalam mengurus semua hal. Mulai dari menentukan motif mawar dan mega mendung sebagai corak utama koleksi untuk mewakili masing-masing karakter hingga urusan menjamu tamu.
Pada desain, jika ditelisik dengan cermat, motif mawar selalu tampil berdampingan dengan mega mendung baik di atas bahan batik maupun bahan lain yang diproduksi sendiri seperti brokat, tule, dan lace. Padanan kedua karakter itu dapat dilihat dalam detail koleksi ready-to-wear maupun busana high fashion dalam satu look.
Koleksi Basundari juga memanfaatkan buangan sisa bahan menjadi bentuk baru demi menerapkan zero waste. Sisa bahan bermotif mega mendung dijahitkan di atas bahan kaku seperti katun dan duchesse untuk mempercantik tampilan. Kain yang digunakan yakni sifon, satin, tule, untuk memudahkan gerak dalam gaya berlapis-lapis. Pada tiap lapisan terlihat bordiran motif mega mendung dan mawar.
“Koleksi Basundari mengadaptasi busana dengan perkembangan mode universal. Mempertemukan tren dengan tradisi untuk menggubah gaya baru dan berbeda,” tutup Ayu Dyah Andari,
Sebanyak 30 look set busana didedikasikan sebagai koleksi, dan 40 lainnya diciptakan bagi 40 muse. Mereka adalah Marsha Aruan, Sahila Hisyam, Asila Maisa, El Rumi, Rizky Nazar, Rizkina Nazar, Moza Wahyu, Hans Vigoro, Nesa Aqilla, Vira Soto, Tiqasya, Indah Nada Puspita, Hamidah Rachmayanti, Irvan Farhad, Jess Amalia, Cut Meyriska, Roger Danuarta, Sandrinna Skornicki, Dewi Bamsoet, Indah Suryadharma Ali, Rizky Ananda Musa, Sarah Sofyan, Chintami Atmanagara, Eddies Adelia, Anissa Trihapsari, Fenita Arie, Marini Zumarnis, Aulia Sarah, Ussy Sulistiawaty.
—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”