Warga Sipil – Organisasi nirlaba internasional Marine Stewardship Council (MSC) mengenalkan Program Perbaikan Perikanan di Indonesia dalam “International Seminar on Demersal and Crustacean Fisheries Management”.
Head of Fisheries Standard MSC Polly Burns dalam seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) University, di Bogor, Senin, memaparkan materi mengenai program sertifikasi perikanan berkelanjutan MSC.
“Skema sertifikasi makanan laut tangkapan liar untuk menghargai penangkapan ikan yang berkelanjutan dan memastikan makanan laut yang berkelanjutan bersertifikat,” ujarnya.
Ia juga mempresentasikan program MSC dan pengembangan standar terbaru versi 3.0 yang menjadi jawaban atas masukan dari para stakeholder mengenai tiga prinsipal standar MSC.
Polly memaparkan program perbaikan perikanan ITM-FIP di Indonesia yang di dalamnya ada perikanan rajungan oleh Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) dan kakap kerapu oleh Yayasan Rekam Nusantara.
ITM atau In-Transition to MSC merupakan program transisi menuju MSC. Sedangkan FIP atau Fisheries Improvement Program adalah program perbaikan perikanan dengan memastikan tiga hal, yakni stok ikan yang berkelanjutan, mengurangi dampak kepada lingkungan dan pengelolaan perikanan yang efektif.
Program MSC adalah program sertifikasi dan pelabelan makanan laut yang paling diakui di dunia, sehingga dengan menjadi bagian dari program ini dan menggunakan label MSC biru menunjukkan bahwa ikan dan makanan laut mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan.
Secara global, MSC memberikan pengaruh bagi perikanan, di antaranya 19 persen perikanan tangkapan laut yang dinilai dan terkait dengan MSC. Kemudian 628 kegiatan perikanan terlibat dengan MSC dan 2,087 perbaikan dilakukan oleh perikanan bersertifikasi MSC hingga 31 Maret 2022.