Pijat Daun Melingkar agar Motif Berbeda dan Daun Kinclong
Dari beragam macam aglaonema, jenis widuri dan komkom sedang banyak diminati. Keunikan motif, warna, dan bentuk tulang menjadi alasannya. Agar daunnya tampak menarik, aglaonema membutuhkan nutrisi dan pemijatan.
—
DI KEBUN Aglaonema yang berada di Desa Entalsewu, Buduran, contohnya. Rizky Kusuma Wardhani, pemilik kebun dengan akun @kebun_aglaoema_sidoarjo, mengatakan bahwa untuk jenis widuri dan komkom, ada puluhan tanaman yang terjual setiap bulan.
Kiki, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa aglaonema widuri menjadi primadona ibu-ibu. Hal tersebut disebabkan corak merah yang berbentuk pola seperti urat memiliki daya tarik tersendiri. ’’Warnanya merah merona, tapi masih ada hijau-hijaunya sehingga cukup unik dan banyak yang suka,’’ tuturnya.
Di sisi lain, harga widuri biasa tergolong terjangkau, yaitu Rp 300 ribu. Menurut wanita 25 tahun itu, ada tiga varian aglaonema widuri di kebunnya. Selain widuri biasa, ada widuri tulang putih dan tulang merah. Untuk dua varian widuri tersebut, menurut Kiki, kebanyakan peminatnya merupakan kolektor.
Hal tersebut disebabkan harga jual di pasaran cukup mahal, mulai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. ’’Lebih mahal karena lebih eksotis,’’ ucapnya.
Sementara itu, widuri biasa dan widuri tulang merah memiliki perbedaan meski coraknya sama-sama berwarna kemerahan. Widuri tulang merah memiliki pola guratan berwarna merah lebih sedikit dibandingkan widuri biasa. Widuri tulang merah juga memiliki warna kemerahan hanya pada tulang tengahnya. Dinamakan ada ’’tulang’’ karena warna merah atau putih muncul di tulangnya.
’’Awalnya kan memang widuri biasa dengan warna merah di pola dan tulang tengah. Kemudian mutasi warna merahnya jadi hanya di tulangnya. Selanjutnya, mutasi warna merahnya hilang jadi putih,’’ jelasnya.
Berbeda dengan widuri, komkom memiliki setidaknya empat jenis varian sesuai warnanya, yaitu oranye, pink, fanta, dan putih. Varian komkom pink menjadi primadona. Sebab, warnanya lebih pekat dibandingkan yang lainnya. Jika dibandingkan varian lain, varian pink juga memiliki harga yang terbilang cukup murah, yaitu di bawah Rp 1 juta. ’’Peminat varian pink memang orang awam seperti ibu-ibu yang suka warna-warni,’’ kata Kiki.
Yang paling mahal dari keempat jenis komkom adalah fanta. Harga di pasaran berkisar Rp 1–2 juta. Keempat varian komkom memiliki motif yang hampir sama, cuma berbeda warna. Daunnya, selain hijau, yang mendominasi. ’’Jadi, di daun motifnya kayak memenuhi gitu. Warnanya dikelilingi hijau dan ada titik-titik sedikit hijau juga kadang,’’ tuturnya.
Menurut Kiki, mutasi warna daun aglaonema atau dalam bahasa Indonesia sri rezeki menentukan harganya akan semakin murah atau mahal. ’’Dan balik lagi, kebanyakan memang mutasi warna yang menentukan harganya,’’ ujar Kiki sambil sesekali mengecek daun-daun aglaonema miliknya.
Selain Kiki, di kebun dengan luas sekitar 32 meter persegi itu ada seorang perawat tanaman yang sedang menyemprotkan cairan ke daun aglaonema. Agus Winardi, perawat tanaman tersebut, mengatakan bahwa untuk perawatan aglaonema dengan jenis apa pun, baik mahal ataupun murah, tidak ada bedanya. ’’Rutin siram dan pemupukannya minimal dua minggu sekali untuk penguatan akarnya,’’ ujar pria 51 tahun itu.
Agus mengatakan, tidak boleh sembarangan merawat dan menjaga agar daun aglaonema tetap kinclong. Menurut dia, membersihkan daun aglaonema dengan menggunakan sabun pencuci piring malah akan menimbulkan dampak buruk. Alhasil, untuk menjaga agar daun aglaonema tetap glowing, dia membuat ramuan sendiri menggunakan bahan-bahan organik. ’’Alami, saya pakai dari sisa tanaman dan beberapa buah untuk mengilapkan daun aglaonema,’’ tuturnya.
Menurut Agus, jika tidak bisa meracik atau kerepotan untuk meracik ramuan pengilap daun dari bahan organik, lebih baik menggunakan air untuk membersihkannya. ’’Lebih baik air sungai atau sumur dan semprotkan, jangan dilap begitu,’’ tuturnya.
Mengelap atau menggosok daun aglaonema jenis apa pun, kata dia, akan merusak bulu-bulu halus yang ada di daun tersebut. Bulu-bulu kecil dan halus di daun itu merupakan mekanisme perlindungan diri aglaonema terhadap hama dan kotoran. ’’Kalau dilap, kemudian pakai sabun sama saja merusak itu. Nanti anggap saja dilap seminggu sekali, dua bulan daun sudah layu,’’ ujarnya.
Sembari berjalan dan menyemprotkan nutrisi racikannya, Agus mengungkapkan bahwa sebenarnya ada cara unik lainnya agar aglaonema tampak menarik. Cara tersebut adalah memijat. Memijat yang dimaksud Agus adalah menekan-nekan secara perlahan batang daun aglaonema. Hal itu ditujukan agar daun bisa membentuk pola melingkar atau dalam istilah penggemar adalah round set. Menurut pria asli Sidoarjo itu, hal tersebut bisa dilakukan saat aglaonema sudah menginjak remaja atau lebih dari dua tiga bulan. ’’Biasanya ditujukan saat mau kontes agar terlihat lebih tertata dan elegan,’’ ucapnya.
Agar bisa berbentuk round set, aglaonema harus dipijat secara berkala setiap hari atau dua kali sehari selama kurang lebih dua bulan. Menurut Agus, semua aglaonema bisa dipijat untuk membentuk pertumbuhan daun yang diinginkan. ’’Sebenarnya banyak bentuknya, tapi memang yang paling sering dibuat kontes adalah round set atau melingkar,’’ katanya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : eza/c7/ai
—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”