BPBD kerahkan empat helikopter padamkan enam titik karhutla di Kalsel

Warga Sipil – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Selatan (BPBD Kalsel) mengerahkan empat unit helikopter “water bombing” untuk memadamkan sebanyak enam titik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kota Banjarbaru dan sekitarnya.

Karhutla melahap beberapa area yang cukup dikenal masyarakat setempat yakni wilayah Cempaka, Lapas Banjarbaru, Pengayuan, Guntung Damar, Pandahan, dan Tambak Tarap.

“Kita kerahkan empat unit helikopter sekaligus untuk memadamkan area yang tidak bisa dijangkau satgas darat,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalsel Pormadi Dharma di Banjarbaru, Senin.

Sementara itu, Koordinator Relawan Satgas Karhutla BPBD Kalsel Mansyah menyebutkan titik api membesar sekitar pukul 15.00 Wita, personel berpencar pada enam titik karhutla di Ibu Kota Kalsel tersebut.

“200 lebih personel gabungan berpencar untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Kota Banjarbaru,” ujar Mansyah.

Dia mengungkapkan kobaran api diduga akibat aktivitas pembakaran lahan dan sisa bara api kemarin yang diperkirakan masih menyala di bawah tanah lahan semi gambut tersebut. Ia menuturkan api sempat mendekati permukiman warga, namun mampu dikendalikan berkat kesigapan para relawan di lokasi.

Sejak pukul 15.30 Wita para relawan silih berganti berpindah lokasi, hingga pukul 20.50 Wita personel masih berjibaku akibat karhutla masih menyala di area Kota Banjarbaru.

Mansyah mengatakan pula luas karhutla masih tahap pendataan bidang terkait, namun dia memperkirakan karhutla melahap puluhan hektare lahan di lokasi.

Lebih lanjut, pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi setempat terkait rekomendasi agar warga menggunakan masker jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam kondisi tertentu.

Terlebih dalam kurun waktu dua bulan, Kota Banjarbaru kerap dilanda kabut asap akibat karhutla terjadi hampir setiap hari.

Dia meminta warga tidak membuka lahan dengan cara membakar, terlebih persediaan air di Kalimantan Selatan mulai berkurang akibat memasuki musim kemarau sehingga cukup sulit mengendalikan karhutla jika persediaan air terbatas.