TABLOIDBINTANG.COM – Dua ruas garis berwarna merah pada alat uji kehamilan menjadi kado terindah bagi pasangan suami-istri yang sedang menanti momongan.
Beberapa pekan kemudian, istri mengalami perubahan hormon maupun fisik. Masalahnya, suami acap kali tidak bisa menahan diri untuk meminta “jatah” kepada istri.
Ketika suami memberi kode keras untuk melakukan hubungan intim, apa yang harus dilakukan ibu hamil?
Wajar jika Anda yang sedang hamil deg-degan ketika diajak suami berhubungan. Di masyarakat kita, ada banyak mitos mengerikan kehamilan.
Salah satunya, berhubungan seks ketika usia kandungan baru memasuki trimester pertama dapat memicu keguguran.
Menurut dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG. MARS, mitos itu tak sepenuhnya benar.
“Itu tidak sepenuhnya tepat. Begini, jika pada kehamilan pertama istri mengalami keguguran di trimester pertama, maka berhubungan seks tidak dianjurkan. Apalagi jika riwayat keguguran itu akibat istri mengalami keputihan hebat dan tetap berhubungan intim. Tapi jika istri tidak mengalami riwayat keguguran, ia boleh melakukan hubungan intim. Hanya, posisi istri jangan berada di bawah melainkan menyamping agar kandungan tidak tertekan. Atau, doggy style,” terang Boyke.
Selama posisi bayi (dalam kandungan) normal dan letak plasentanya bagus, berhubungan intim sebenarnya tidak dilarang. Namun jika dokter mendeteksi terjadinya plasenta previa atau keputihan, ibu hamil dan suami dilarang melakukan hubungan intim untuk mencegah terjadinya pecah ketuban. Suami juga tidak disarankan melakukan hubungan intim jika istri memiliki riwayat melahirkan prematur di kehamilan sebelumnya.
(Depositphotos)
“Penjelasannya begini, sperma mengandung hormon protaglandin yang merangsang terjadinya kontraksi. Perempuan yang melahirkan prematur sangat mudah mengalami kontraksi. Letak ari-ari ada di bawah, jika tersenggol akan menimbulkan perdarahan. Maka, suami-istri tidak dianjurkan melakukan hubungan seks sampai penetrasi. Sebaiknya, suami mencari bentuk hubungan lain. Misalnya, (maaf) penis dijepit di antara paha atau melakukan oral seks. Saya anjurkan pula apabila pasangan memiliki payudara besar, (maaf) penis dijepit di antara keduanya,” paparnya panjang.
Selain pernah keguguran dan melahirkan prematur, hubungan seks juga tidak dianjurkan kalau istri Anda memiliki riwayat ketuban pecah dini. Saat air ketuban pecah sebelum waktunya, keselamatan si jabang bayi terancam. Efek lainnya, ibu berisiko besar mengalami “gawat janin”dan infeksi.
“Jika pada kehamilan pertama terjadi pecah ketuban, belum tentu pada kehamilan berikutnya istri mengalami pecah ketuban lagi. Namun, untuk mengecilkan risiko, suami harus menahan diri. Atau silakan ditilik dulu, riwayat pecah ketuban dulu itu karena apa? Paling sering, karena istri kekurangan vitamin C dan E, atau nekat berhubungan seks padahal mengalami keputihan. Silakan konsultasikan dengan dokter kandungan untuk mendapatkan solusi terbaik,” Boyke menyarankan.
Sebelum Minta “Jatah” Perhatikan Ini…
Kadang mereka yang belum menikah bertanya-tanya, mengapa suami lebih bergairah kala istri berbadan dua. Bukankah ketika seorang wanita hamil, postur tubuhnya lebih gemuk cenderung enggak ada seksi-seksinya? Boyke menerangkan musababnya. Saat hamil, banyak perempuan memiliki payudara lebih padat serta bulat dan lekuk panggul lebih terbentuk. Istri tampak lebih seksi. Itulah yang membuat para suami minta “jatah”saat istri berbadan dua.
Boyke merekomendasikan tiga posisi berhubungan intim ketika istri sedang hamil:
1. Posisi sendok garpu alias posisi miring.
2. Posisi pria dari belakang
3. Posisi duduk
“Ketiga posisi ini memungkinkan penis tidak langsung menyentuh mulut rahim sehingga tidak menekan perut. Apalagi jika suami perutnya buncit, rahim dan kandungan akan kian tertekan sehingga risiko istri mengalami keguguran meningkat. Tiga posisi itu mengecilkan risiko ibu hamil mengalami nyeri punggung,”ujar dokter kelahiran 14 Desember itu.
Di sisi lain, banyak ibu hamil libidonya meningkat ketika berbadan dua. Doyke mengatakan, 40 sampai 50 persen ibu hamil mengalami peningkatan libido. Ini, kata Boyke, disebabkan kadar hormon yang meningkat. Selain itu, secara psikologis ibu hamil merasa dirinya lebih sempurna karena ia telah resmi menjadi istri dan tinggal selangkah lagi menjadi ibu. Naiknya kadar hormon dan rasa percaya diri membuat perempuan tidak ragu untuk meladeni kode dari suami.
Jadi, ada tiga kemungkinan saat istri berbadan dua. Suami minta “jatah” sementara istri enggan. Suami minta “jatah”dan istri siap meladeni. Atau istri yang minta “jatah”sementara suami ketar-ketir memikirkan nasib jabang bayi. Atas tiga kemungkinan ini, Boyke memberi lima saran:
1. Saat melakukan hubungan intim, suami-istri harus sepakat atau sama-sama mau. “Kasus yang sering terjadi, suami minta ‘jatah’ padahal istri sedang mengalami emesis (muntah-muntah) atau istri secara psikologis sedang tidak nyaman dengan perubahan bentuk tubuhnya sendiri. Dalam hal ini, suami harus peka melihat gelagat,”Boyke mengingatkan.
2. Jika kedua pihak sudah sepakat, lakukan foreplay secukupnya. Jangan karena libido meninggi, suami mengabaikan foreplay alias langsung tancap. Lakukan foreplay lima sampai tujuh menit. Misalnya, dengan mengusap di area dada, tubuh termasuk perut, dan “Miss V”
3. Hindari posisi misionaris. Soal posisi ini, Boyke memberikan peringatan keras, “Saya melarang pasutri mempraktikkan posisi misionaris karena posisi itu membuat istri merasakan tekanan pada punggung, perut, dan serviks sehingga serviks berpotensi mengalami perdarahan.”
4. Jika perut istri amat besar dan suami makin sulit melakukan penetrasi, ubah cara pandang. Pikirkan bahwa hubungan seks bisa jadi sekadar momen intim untuk menguatkan rasa cinta.
5. Jika setelah berhubungan intim istri mengalami nyeri perut, kontraksi menjadi kencang disertai rasa perih pada organ intim, segera menghubungi dokter kandungan.
Artikel ini bersumber dari www.tabloidbintang.com.