Bos Sawit Happy, Harga CPO Kembali Terbang! Gara-Gara Ini

Bos Sawit Happy, Harga CPO Kembali Terbang! Gara-Gara Ini

wargasipil.comJakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) akhirnya berbalik menguat pekan ini setelah mengalami koreksi pekan sebelumnya. Harga CPO berada di harga MYR 3.931 per ton pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) di Bursa Malaysia Exchange.

Dalam sepekan, secara point-to-point harga CPO mengalami penguatan 2,08% setelah pekan sebelumnya terkoreksi 1,31%. Sejak awal tahun harga CPO tercatat telah ambles hingga 7,57%.

Meski demikian harga CPO tercatat menguat 22% dari level terendah dua tahun terakhir yang dicatatkan pada akhir September tahun lalu, namun masih tertekan 45% dari level tertinggi sepanjang masa yang dicatatkan akhir April 2022.

Penguatan terbatas pekan ini salah satunya ditopang oleh sentimen kebijakan domestic market obligation (DMO) oleh pemerintah Indonesia di tengah potensi terbatasnya persediaan CPO global.

Awal pekan ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, di akun Instagram resminya, dikutip Senin (6/2/2023), mengatakan kebijakan wajib pasokan dalam negeri minyak goreng bakal ditetapkan sebanyak 50%. Peningkatan ini dilakukan sebagai antisipasi agar tidak terjadi lonjakan harga minyak goreng jelang perayaan puasa dan lebaran tahun ini.

Selain itu pemerintah Indonesia dan Malaysia juga sepakat untuk tidak melakukan boikot ke Uni Eropa dengan menghentikan ekspor yang pada akhirnya ikut menjaga harga CPO dari potensi lonjakan signifikan.

Alih-alih melakukan pemberhentian ekspor terhadap Uni Eropa, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk fokus meningkatkan permintaan hilirisasi produk sawit.

Sebagai catatan, Kamis (9/2/2023), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menggelar pertemuan dengan Deputi Perdana Menteri dan Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato’ Sri Haji Fadillah bin Yusof .

Produksi CPO Indonesia mencapai 46,7 juta ton selama 2022. Sedangkan, produksi minyak sawit Malaysia yakni 18,11 juta ton. Berkontribusi sebanyak 82% terhadap pasokan CPO dunia.

“Setop ekspor bukan hal yang dibahas. Kita sebagai negara yang juga melakukan impor-ekspor, tentu itu (setop ekspor) bukan pilihan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers Bilateral di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (9/2).

Sekedar informasi, Malaysia sempat mengancam akan menghentikan ekspor CPO ke Eropa setelah Komisi Uni Eropa yang telah menyetujui Undang-Undang (UU) yang melarang masuknya produk yang berkaitan dengan deforestasi.

Ada 6 komoditas berbasis lahan yang terancam dilarang masuk Uni Eropa (UE), yaitu kopi, daging sapi, kedelai, cokelat, karet, dan beberapa turunan minyak sawit.

Namun terbaru Airlangga menyebut tidak ada aksi boikot seperti yang dikhawatirkan belakangan ini.

“Tidak ada boikot-boikotan, jadi tidak perlu merespon apa yang tidak ada. Jadi ya biasa aja,” katanya

Di sisi lain harga sawit juga memang cenderung menurun belakangan. Airlangga menyebut solusinya adalah meningkatkan kembali permintaan dengan cara mengembangkan hilirisasi.

“Komunikasi dialog karena harga naik tergantung suplai demand, yang perlu dikembangkan produk turunan juga mendorong oleh chemicals dorong hilirisasi gantikan beberapa komoditas bahan baku yang lain,” katanya

Akibat kebijakan Uni Eropa, dikhawatirkan akan timbul dampak negatif yang signifikan terhadap ekspor minyak sawit global serta negara berkembang lainnya.

Di antaranya menaikkan biaya bagi eksportir minyak sawit dan menurunkan daya saing mereka terhadap minyak nabati lainnya di Uni Eropa.

Dalam pertemuan kemarin, Indonesia dan Malaysia juga berencana menanggapi proposal Komoditas Bebas Deforestasi Uni Eropa.

Pertemuan tersebut juga sepakat untuk melakukan misi bersama ke UE dalam mengkomunikasikan konsekuensi yang tidak diinginkan dari peraturan tersebut terhadap sektor kelapa sawit.

Utamanya adalah kemungkinan pengucilan petani kecil, dari rantai pasokan, dan dalam mencari kemungkinan pendekatan kolaboratif di antara pihak-pihak terkait.

Kedua negara juga sepakat untuk melakukan kunjungan ke India untuk memanfaatkan beberapa peluang potensial di negara tersebut.

Kunjungan tersebut antara lain bertujuan untuk lebih mempromosikan penggunaan minyak sawit menyusul pengakuan ISPO dan MSPO oleh India melalui inisiatif bersama dengan Indian Palm Oil Sustainability Framework (IPOS), serta pengenalan dan penerimaan Global Framework of Principles for CPOPC dan Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan (GFP-SPO).

CNBC INDONESIA RESEARCH