wargasipil.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan akan melarang ekspor bijih bauksit pada Juni 2023. Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat mendorong proses hilirisasinya di dalam negeri.
“Mulai Juni 2023, pemerintah akan memberlakukan larangan ekspor bijih bauksit dan mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri,” kata Jokowi dalam video di YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (21/12/2022).
Melansir dari geologinesia, bauksit adalah batuan yang terbentuk karena proses lateritisasi batuan induk yang kaya unsur alumina tetapi rendah unsur Si dan Fe.
Bauksit sendiri biasanya terdiri dari 3 dominan mineral aluminium hidrat yaitu boehmite, gibsit, serta diaspora. Ketiga mineral tersebut sering berasosiasi dengan mineral kuarsa, lempung (kaolin), bijih Fe-Ti, dan beberapa mineral lainnya.
Dengan kata lain, bauksit merupakan bahan mentah yang diolah menjadi Alumina yang selanjutnya akan diolah untuk menghasilkan logam aluminium. Jadi perlu dipahami disini bahwa bauksit adalah batuan, bukan mineral.
Bauksit sendiri biasanya terbentuk di lapisan tanah bagian atas dan dapat ditemukan di sebagian besar negara. Batuan ini terbentuk dari “leaching” intens batuan di iklim yang panas dan lembab, dimana musim hujan dan kemarau terjadi secara bergantian.
Bauksit biasanya ditemukan di lapisan tanah bagian atas yang terbentuk di berbagai daerah tropis dan subtropis. Sehingga batuan bauksit dapat diperoleh melalui tambang permukaan
Cadangan bauksit paling banyak ada di benua Afrika, Australia/Oceania dan Amerika Selatan. Cadangan tersebut diperkirakan akan bertahan selama berabad-abad dan lebih dari 160 juta metrik ton bauksit ditambang setiap tahunnya.
Australia, China, Brasil, India, dan Guinea merupakan negara penghasil bauksit terbesar di dunia. Cadangan bauksit dari negara-negara tersebut diperkirakan mencapai 55 hingga 75 miliar metrik ton.
Selain itu Amerika Serikat juga memiliki sejumlah kecil deposit bijih bauksit yang berlokasi di Arkansas, Alabama, dan Georgia. Namun sangat sedikit penambangan bauksit yang dilakukan di Amerika Serikat saat ini.
Sedangkan untuk wilayah Indonesia sendiri, bisa dibilang negara yang cukup melimpah. Mengutip Booklet ESDM Bauksit 2020, disebutkan cadangan bauksit Indonesia sebesar 4% dari total cadangan dunia.
Cadangan bauksit dunia mencapai 30,39 miliar ton. Dengan 4% dari cadangan dunia, Indonesia memiliki sekitar 1,2 miliar ton. Disebutkan, cadangan bauksit Indonesia nomor 6 terbesar di dunia. Posisi Indonesia di bawah Guinea 24%, Australia 20%, Vietnam 12%, Brasil 9% dan Jamaika 7%.
Sementara, produksi bijih bauksit dunia tahun 2019 sebesar 370 juta ton. Indonesia sendiri memproduksi 16 juta ton dan menempatkannya sebagai produsen bijih bauksit terbesar ke-6 dunia. Indonesia di bawah Australia 100 juta ton, Guinea 82 juta ton, China 75 juta ton, Brasil 29 juta ton, dan India 26 juta ton.
Bauksit sendiri bisa dibilang komoditas yang penting. Sebab, bauksit merupakan bahan baku aluminium. Dalam booklet tersebut dijelaskan, bauksit dimurnikan untuk memperoleh alumina dan dilebur untuk membuat aluminium. Untuk menghasilkan 1 ton alumina dibutuhkan 2-3 ton bauksit.
Kebutuhan aluminium paling banyak digunakan untuk sektor transportasi dengan porsi 29%, bangunan dan konstruksi 25%, kemasan 12% dan kelistrikan 11%. Barang tahan lama dan lain-lain masing-masing sebesar 7%.
Karenanya tidak heran bila Jokowi mengatakan, industrialisasi bauksit ini akan berdampak positif pada penerimaan negara. Ia optimistis pendapatan negara naik ketika kebijakan ini diterapkan. “Dari industrialisasi bauksit di dalam negeri ini kita perkirakan pendapatan negara akan meningkat dari Rp 21 triliun menjadi sekitar kurang lebih Rp 62 triliun,” katanya.