Warga Sipil – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat berupaya meningkatkan cadangan pangan lokal, seperti jagung, pisang, sagu, dan umbi-umbianuntukmengantisipasi dampak El Nino yang memicu terjadi kekeringan.
Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw, di Manokwari, Senin, mengatakan perubahan cuaca ekstrem telah terjadi pada sejumlah wilayah Indonesia, sehingga perlu diwaspadai dengan pemanfaatan lahan tidur.
“Lahan tidur yang ada harus ditanami dengan tanaman pangan lokal, jangan sampai masyarakat kelaparan. Itu masalah besar kalau sampai terjadi,” kata Paulus.
Saat ini, kata dia, seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) lingkup pemerintah provinsi telah memanfaatkan lahan tidur seluas 43 hektare di Kampung Susweni, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari sebagai kebun percontohan ketahanan pangan.
Masing-masing OPD bertanggung jawab mengelola kebun percontohan lebih kurang 40×25 meter persegi, dan hal tersebut menjadi pemicu bagi masyarakat agar memanfaatkan pekarangan rumah dengan pangan pangan lokal.
“Pemanfaatan lahan tidur besar manfaatnya, terutama ketika cuaca ekstrem terjadi,” ujarPaulus Waterpauw.
Ia menjelaskan negara-negara penghasil beras telah mengurangi kuota ekspor ke luar negeri termasuk ke Indonesia, oleh sebabnya pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota harus mengoptimalkan potensi pangan lokal.
Selain itu, pemerintah daerah di Papua Barat terus mewaspadai tindakan penebangan kayu secara ilegal dan kebakaran hutan akibat cuaca panas yang terjadi berkepanjangan.
“Kalau kekeringan terjadi maka Papua Barat sudah punya lokasi cadangan pangan lokal, dan beras seperti di daerah Prafi (Kabupaten Manokwari) dan Oransbari (Manokwari Selatan),” kataPaulus.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHBun) Papua Barat Jacob S Fonataba menjelaskan ada enam langkah operasional dalam mengantisipasi fenomena dampak El Nino yang harus dilaksanakan oleh bupati se-Papua Barat.
Langkah itu, meliputi monitoring perkembangan cuaca dan iklim secara berkala, pantau ketersediaan air dan penurunan debit air, dan penghitungan secara cermat sumber pangan untuk menjaga stabilitas pasokan.
Selanjutnya, optimalisasi pembudidayaan tanaman pangan lokal, intervensi dini terhadap daerah yang berpotensi terjadi kekeringan, dan memberikan laporan jika ada indikasi terjadi kekeringan.
“Pak Gubernur sudah keluarkan Surat Edaran Nomor 500.10.2.1/1516/GPB/2023 terkait antisipasi El Nino kepada seluruh bupati,” kataFonataba.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan El Nino tidak terlalu berdampak signifikan pada wilayah Papua Barat secara umum dan Manokwari secara khusus.
“El Nino pada umumnya terdampak di seluruh Indonesia. Tapi ada level berat, sedang, ringan. Dari NTT, NTB sampai Aceh dampaknya berat, sedangkan Papua Barat dampaknya ringan,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Rendani BMKG Manokwari Daniel Tandi.
Ia menjelaskan bahwa El Nino merupakan anomali suhu permukaan laut yang rendah, sehingga air sulit menguap dan membentuk awan hujan atau curah hujan menurun drastis.
Kondisi wilayah Papua dan Papua Barat lebih didominasifaktor lokal cuaca yang dipengaruhi kondisi geografis seperti pinggir laut, daerah perbukitan, atau adanya danau.
“Kondisi geografis itu yang mempengaruhi proses pertumbuhan awan hujan. Jadi setiap daerah punya karakter musim berbeda-beda,” kataDaniel.