Pengguna Aplikasi Pasar Saham dan Pasar Modal Indonesia Tumbuh 22,5 Persen

Pengguna Aplikasi Pasar Saham dan Pasar Modal Indonesia Tumbuh 22,5 Persen

Pengguna Aplikasi Pasar Saham dan Pasar Modal Indonesia Tumbuh 22,5 Persen

Warga SipilData Sales and Marketing Bursa Efek Indonesia ( BEI ) atau Indonesia Stock Exchange ( IDX ) Budi Subagja menyampaikan target, yakni jumlah pengunduh bisa mencapai 300 ribu pada akhir 2023.

“Kami terus mengadakan roadshow untuk sosialisasi dan edukasi atas kegunaan aplikasi berikut fitur-fiturnya. Saat ini, di Kota bandung, sebelumnya Bali. Rencananya, kami melanjutkan roadshow ke Surabaya,” ucap Budi saat kegiatan Freedom Through Finance NgIDX Bandung di Block71 Bandung, Jalan Ir H Juanda, Kamis, 10 Agustus 2023.

Selain dengan roadshow, pihaknya melakukan sosialisasi dan edukasi aplikasi pada setiap sekolah pasar modal. Peserta yang mengikuti sekolah tersebut melakukan praktik setelah beroleh materi pelajaran.

ADVERTISEMENT

“Praktiknya dengan IDX mobile. Aplikasi itu kan merupakan sarana belajar juga. Calon investor pasar saham dan pasar modal, dan yang pemula dapat memanfaatkan fitur-fitur dalam aplikasi untuk menambah pengetahuannya,” tutur dia.

Rencananya, BEI mengintegrasikan video edukasi pada Invest Hub dengan aplikasi. Berdasarkan lini masa, integrasi itu mulai berlaku pada awal 2024.

Kegiatan atas penyelenggaraan BEI bersama Boleh Dicoba Digital (BDD) turut memuat gelar wicara. Financial trainer Rina Renaldi, entrepreneur dan konten kreator Anggia Bonyta, IDX Layanan Data Dimas Adhikoro hadir sebagai pembicara.

Rina menyampaikan ihwal pentingnya manajemen dana atau budgeting serta dana darurat -terutama bagi pelaku industri kreatif-. Tanpa memiliki dana darurat memadai, pelaku industri kreatif berisiko menjumpai persoalan besar.

“Pendapatan pelaku industri kreatif tidak tetap, berbeda dengan pegawai kantoran. Tanpa memerhatikan budgeting dan dana darurat, pelaku industri kreatif bisa terjerat utang dengan kartu kredit, paylater, atau pinjaman online. Itu persoalan besar,” ucap Rina.

Kondisi pandemi -terutama pada satu tahun awal-, ucap Rina, merupakan contoh nyata akan pentingnya budgeting dan penyiapan dana darurat. Banyak pegawai industri kreatif yang pekerjaannya terganggu di tengah pandemi, kemudian pendapatannya jauh berkurang.

Menurut Rina, sebaiknya dana darurat tersedia untuk menutupi biaya kebutuhan 12 bulan. “Hal tersebut membutuhkan komitmen dan konsistensi, mengingat mengumpulkan dana darurat memerlukan waktu terbilang panjang. Misal, untuk mengumpulkan dana darurat tiga bulan, pelaku industri kreatif memerlukan waktu 6-12 bulan. Untuk mengumpulkan dana darurat untuk menutupi kebutuhan 12 bulan, boleh jadi perlu waktu dua sampai tiga tahun,” ucap dia.***