8 Hari Terpuruk, Rupiah Akhirnya Menguat Juga

8 Hari Terpuruk, Rupiah Akhirnya Menguat Juga

8 Hari Terpuruk, Rupiah Akhirnya Menguat Juga

wargasipil.comJakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kali ini berhasil menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (18/10/2022), di tengah sentimen negatif perekonomian global yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Mengacu pada data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat 0,23% ke Rp 15.450/US$. Pukul 11.00 WIB rupiah terpantau memangkas penguatannya sisa 0,13% ke Rp 15.465/US$.

Di penutupan perdagangan rupiah masih menguat sama seperti siang tadi, saat ini berada di Rp 15.465/US$ menguat 0,13% di pasar spot. Kendati demikian, rupiah masih menjadi posisi terlemahnya dalam 2,5 tahun terakhir.

Meskipun berhasil menguat, tekanan bagi rupiah masih saja dihantui sentimen negatif eksternal. perkembangan rupiah saat ini erat kaitannya dengan sentimen di pasar keuangan. Di mana faktor utamanya adalah penguatan dolar AS secara global.

Pelaku pasar juga telah bereaksi setelah melihat hasil inflasi AS per September 2022 yang masih sangat tinggi, berada pada level 8,2%. Ini cukup membuat pelaku pasar gelisah menunggu keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan kenaikan harga.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 97,2% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Keagresifan The Fed diprediksi akan membawa perekonomian Negara Adidaya tersebut masuk ke zona resesi dan tentunya akan berdampak pada negara-negara lain di dunia. Oleh karena itu perlemahan rupiah akan terus berlanjut hingga ke level di atas Rp 15.000/US$.

Namun demikian, pelaku pasar perlu mencermati rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022, jika lebih tinggi dari kuartal II-2022 maka akan bisa menjadi momentum inflow kembali lagi terutama bagi pasar saham.

Sentimen negatif perlemahan rupiah juga datang dari dalam negeri, , surplus neraca perdagangan Indonesia menyusut menjadi US$ 4,99 miliar pada September 2022. Di luar proyeksi, impor anjlok pada September bahkan mencatatkan rekor terendahnya dalam empat bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia September 2022 mencapai US$ 24,80 miliar. Nilai tersebut turun 11% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), tetapi masih meningkat 20,28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Sedangkan impor pada September 2022 mencapai US$ 19,81 miliar, turun 10,58% (mtm) dan melonjak 22,01% (yoy). Impor konsumsi yang melandai terjadi karena konsumen masih menahan pembelian barang tahan lama (durable goods).

Untuk diketahui, impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi salah satu indikator bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Investasi biasanya akan mengikuti tren impor bahan baku/penolong dan barang modal dalam selisih tiga bulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”