Ada Semangka Kulit dan Daging Kuning hingga Mangga Chokanan

Ada Semangka Kulit dan Daging Kuning hingga Mangga Chokanan

Babeh Samin Sukses Budi Daya Tanaman Tak Biasa

Tak ada satu pun buah hasil panen di kebun M. Samin yang dijual di pasar. Siapa saja bisa datang dan mencicipi. Mulai anggur, jambu, sawo, semangka, hingga mangga. Rata-rata buah-buahan yang ditanam di lahan seluas 2.000 meter persegi itu jarang dimiliki masyarakat pada umumnya.

SEPERTI sudah tradisi, M. Samin dan keluarganya selalu mengabari orang-orang terdekat atau kolega ketika buah-buahan di kebun depan rumah mereka siap panen. Ya, mereka mengajak siapa saja untuk mencicipi berbagai jenis pohon buah yang ditanam di pekarangan rumah pribadi dan lahan kosong milik swasta tersebut.

”Siapa saja boleh nyicipin buah,” kata Babeh Samin, sapaan M. Samin, kepada Jawa Pos, Jumat (16/9). Selain anggur, kebun yang berada di daerah Kembangan, Jakarta Barat, tersebut membudidayakan berbagai jenis buah lain. Di antaranya, semangka, mangga, dan jambu dari jenis yang tidak familier di masyarakat.

Misalnya, semangka amanda berkulit kuning dan daging kuning. Buah tersebut terbilang unik. ”Selama ini kan orang banyak kenal semangka dagingnya merah, kulitnya hijau. Kalau yang luar dalam kuning itu memang nggak banyak yang jual,” kata Samin.

Dua tahun terakhir, Samin hobi membudidayakan berbagai jenis tanaman buah yang ’’tidak umum’’. Bagi dia, keunikan buah menjadi daya tarik tersendiri. Dia selalu mengembangbiakkan tanaman untuk mendapatkan bibit buah baru yang unik. ”Biasanya (pengembangbiakan) hanya pakai metode cangkok atau okulasi begitu saja,” ujarnya.

SIAP PANEN: Babeh Samin memeriksa mangga chokanan yang berbuah lebat. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Sejatinya, aktivitas Samin lebih banyak fokus pada pembibitan tanaman anggur. Karena itu, pekarangan di tengah kota tersebut lebih didominasi tanaman anggur. Mulai ukuran kecil hingga anggur yang sudah berbuah. ”Tanaman lain belum banyak, kita sedang kembangkan lagi,” ungkap bapak tiga anak tersebut.

Kebun yang dikompilasi dengan ternak tersebut juga mengembangbiakkan tanaman mangga chokanan asal Thailand. Keunikan mangga tersebut, kata Samin, masa pembuahannya seolah tak pernah berhenti. Ya, ketika berbuah, mangga itu sudah berbunga di cabang yang lain. ”Jadi, dari cabang ke cabang terus muncul buahnya,” terangnya.

Soal perawatan, Samin tak pernah menggunakan pupuk kimia untuk menyuburkan tanaman-tanaman tersebut. Bahkan, khusus untuk mangga, Samin sama sekali tak menggunakan pupuk apa pun. Dia hanya menguburkan daun-daun kering di sekitar akar tanaman. ”Jadi, ditanam begitu saja, ternyata hasilnya juga bagus,” ungkap pria lulusan SLTA tersebut.

Untuk tanaman lain, Samin sesekali menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk. Ya, di kebun milik Samin, terdapat beberapa ekor kambing dan kelinci. Dari situlah pupuk organik tersebut bersumber. ”Untuk pakan, kita ambil dari daun-daun tanaman itu. Kalau banyak ya buat pakan kambing, kalau sedikit ya buat pakan kelinci,” terangnya.

SIAP PANEN: Babeh Samin memeriksa mangga chokanan yang berbuah lebat. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Editor : Ilham Safutra

Reporter : tyo/c7/ai

—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”