wargasipil.com – Platform solusi pengadaan barang kebutuhan industri konstruksi Quipster berhasil mengantongi pendanaan pra-seri A dengan nilai yang tak disebutkan.Pendanaan ini dipimpin oleh investor Taiwan, Chailease Holding, yang baru pertama kali berinvestasi di start-up sektor konstruksi di Indonesia.Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendigitalisasi konektivitas rantai pasok industri konstruksi serta membangun infrastruktur guna memperluas penetrasi pengguna Quipster di kota-kota tier dua dan tiga atau sering dikategorikan sebagai kota non-metropolitan.
“Quipster siap mendigitalisasi rantai pasok industri konstruksi Indonesia dengan solusi pengadaan bahan dan alat konstruksi satu atap,” kata CEOQuipster Erwin Subrotodalam siaran pers, Senin.
Quipster, yang merupakan hasil merger TraktorHub dan Webtrace, telah membantu lebih dari 500 proyek konstruksi yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Mereka mengalami kenaikan pendapatan sebanyak 300 persen (YoY), memiliki 8.000 alat berat dan kendaraan komersialberteknologi IoT serta lebih dari 500 kontraktor dan toko bangunan yang bergabung dalam ekosistemnya.
“Quipster hadir guna membuat industri konstruksi lebih terintegrasi dari hulu hingga hilir. Terbukti, Quipster mencatatkan pertumbuhan yang positif dengan menyinergikan konstruksi dan teknologi. Kami yakin Quipster dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan industri konstruksi Indonesia yang memiliki peluang luar biasa,” kata Chief Strategy Officer Chailease HoldingKevinLiao.Kinerja industri konstruksi di Indonesia diproyeksi bakal terus meningkat. Total pasar konstruksi Indonesia mencapai 244,4 miliar dolar AS pada tahun 2022.Pasar diproyeksikan tumbuh pada CAGR lebih dari 5 persen selama periode 2024-2027, didukung oleh lonjakan investasi pemerintah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021– 2030.
Ada tiga penggerak industri konstruksi, yaitu residensial, industrial dan infrastruktural.
COOQuipsterDavidHartonomenilai industri konstruksi sangat berpotensi, misalnya sektor residensial melaluiProgram Sejuta Rumah pada tahun 2022 yang mencapai 1,1 juta unit.
“Sayangnya, industri konstruksi menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari kurangnya konektivitas antara kontraktor dengan penyedia peralatan konstruksi dan toko bahan bangunan untuk proyek konstruksi di kota-kota non-metropolitan hingga problem klasik kesulitan dalam mengatur cash flow,” kata David.
Kurangnya konektivitas dalam rantai pasok di industri konstruksi ini berimbas pada biaya logistik yang tinggi dan kurangnya opsi alat berat dan jenis material yang tersedia di area lokal proyek, kata David.”Tantangan lainnya adalah kurangnya transparansi transaksi, pembelian material dan utilisasi penggunaan alat berat di proyek konstruksi,” kata David.Melihat tantangan yang ada, platform Quipster memberikan empat kemudahan yakni menghubungkan kontraktor dengan jaringan penyewaan alat berat yang lebih efisien dan transparan.Selain itu, Quipster bisa membantu pengadaan inventori berkualitas dan digitalisasi operasional toko-toko bahan bangunan dalam memenuhi kebutuhan kontraktor di kota-kota tier dua dan tiga, membantu kontraktor memenuhi kebutuhan material bangunan melalui kanal digital dan jaringan toko-toko bahan bangunan yang terafiliasi dengan Quipster, serta pembiayaan dengan fitur pengaturan pembayaran bagi kontraktor dan toko bahan bangunan dalam platform Quipster.