Clarke Quay, Bekas Pelabuhan dan Pemukiman yang Jadi Sentra Hiburan

WargaSipil.com – Singapura punya satu area yang dikhususkan untuk hiburan malam seperti restoran, bar, maupun nightclubs. Namanya Clarke Quay. Terletak di tepi sungai Singapura yang memiliki panjang sekitar 3 km. Clarke Quay adalah satu dari tiga kawasan tepi sugai yang hingga ini masih aktif. Dua lainnya adalah Robertson Quay yang banyak difungsikan untuk hunian dan Boat Quay yang menjadi sentra makan.

Sebelum menjadi tempat yang dikhususkan untuk hiburan malam, Clarke Quay punya sejarah panjang dalam peradapan Singapura. Dahulu, di sana merupakan pemukimam yang padat dan juga pelabuhan karena letaknya di Sungai Singapura. Itulah kenapa, ketika ke Clarke Quay, akan mendapati bangunan-bangunan besar khas pergudangan di pelabuhan.

Nama Clarke Quay diambil dari nama Gubernur Straits Settlements yang memimpin pada 1824-1902 yaitu Sir Andrew Clarke. Pada 1980-an, ketika pelabuhan-pelabuhan di Sungai Singapura tak lagi dioperasikan, menjadi masa peralihan Clarke Quay menuju kawasan hiburan. Meski demikian, pemerintah masih mempertahankan fasad bangunan sebagai ciri khas.

Saat WargaSipil.com mengunjungi Clarke Quay bersama Singapore Touris Board pada awal Oktober, tempat ini sangat ramai. Apalagi, menjelang GP Formula 1 Singapura, Clarke Quay menjadi precinct untuk daerah yang perlu dikunjungi wisatawan. Di tempat itu pula, Aston Martin Aramco Cognizant sempat memamerkan mobil balap warna hijaunya yang khas.

Lantaran menjadi kawasan hiburan, nuansa pelabuhan yang biasanya kelam dan berbahaya tidak terlihat. Justru di Clarke Quay, area bekas pelabuhan itu menjadi sangat hidup. Gemerlap lampu mengusir gelapnya malam. Ditambah dentuman musik dan suara orang-orang berbincang dengan bebasnya. Benar-benar meriah.

Buat yang tidak kuat dengan asap rokok di nightclub, Anda bakal senang. Sebab, aturan dilarang merokok yang ketat di Singapura juga berlaku di sini. Termasuk, di dalam seluruh area hiburan Clarke Quay. Selain itu, bagi yang suka lihat-lihat dan tidak mau “melantai”, tak masalah untuk mengunjungi Clarke Quay.

Mobil Formula 1 dari tim Aston Martin dipamerikan di Clarke Quay saat GP Singapura berlangsung. (Dhimas Ginanjar/WargaSipil.com)

Sisa-sisa kejayaan pelabuhan tidak hanya terlihat dari dimanfaatkannya bekas pergudangan menjadi restoran atau bar. Tetapi juga masih ada kapal tongkang untuk berkeliling Clarke Quay. Kapal tongkang itulah yang dulu biasa digunakan untuk mengambil barang dari kapal-kapal besar yang tidak bisa bersandar di pelabuhan.

Harga untuk naik kapal tongkang itu SGD 25 atau sekitar Rp 260 ribu. Lama jalan-jalan menggunakan kapal itu adalah 45 menit. Kapal yang dipakai memang bukan kendaraan asli. Tetapi kapal tongkang itu masih memberikan dekorasi khas kapal lama untuk mendapatkan efek nostalgia. Termasuk material kapal yang full kayu. Paling pas untuk menelusuri Sungai Singapura dengan kapal tongkang adalah saat malam.

Jika tertarik ke sini, untuk mencapai Clarke Quay bisa dengan berbagai moda transportasi. Termasuk, menggunakan MRT dengan turun di stasiun Clarke Quay. Kalau mau menginap di sekitar Clarke Quay juga bukan hal sulit. Sebab, banyak di sekitar bekas pelabuhan ini yang memiliki hostel seperti di Jalan Hongkong.

Kapal tongkang yang bisa digunakan untuk mengarungi Sungai Singapura. (Dhimas Ginanjar/WargaSipil.com)

Editor : Dhimas Ginanjar

—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”