Anak pertama Cak Supari, Yuli Widya, kepada wartawan mengatakan, Cak Supari meninggal dunia, pukul 4.30 WIB atau sebelum waktu Subuh. Cak Sapari meninggal di usia 80 tahun.
“Bapak masuk rumah sakit sudah berbulan-bulan. Tapi satu bulan terakhir sempat tinggal di rumah dan kemarin malam bapak sudah tidak kuat lagi,” kata Yuli saat ditemui wartawan di rumahnya di Jalan Simo Mulyo Baru, Kota Surabaya, Kamis.
Dia mengatakan dari diagnosa dokter, sebetulnya Cak Supari hanya terkena penyakit diabetes.
Namun, lanjut dia, kadang kondisi penyakit yang diderita naik turun.
“Tapi setelah pulang dari rumah sakit itu normal. Sempat drop, tapi kemudian diantisipasi dengan obat-obatan dari dokter,” kata dia.
Baca juga: Seniman Ludruk Surabaya Cak Sapari tutup usia
Untuk itu, ia meminta maaf kepada para pecinta atau penggemar Cak Sapari jika selama ini ada salah.
“Kami keluarga besar mewakili Bapak Sapari. Semoga bapak diampuni dosa-dosanya,” kata dia.
Selain itu, Yuli juga menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari para seniman di Jawa Timur.
“Kekeluargaan para seniman luar biasa. Terima kasih,” ujar dia.
Pada bulan Juni 2022, diselenggarakan Gelaran Ludrukan Charity yang diprakarsai Dewan Ludrukan Surabaya dan Republik Ludruk Indonesia untuk membantu pengobatan Cak Sapari.
Kartolo dan Sapari adalah dua orang yang tersisa dari grup Jula-Juli Guyonan Kartolo Cs, selain Tini (istri Kartolo). Semasa hidup, Sapari dan Kartolo adalah patner saat keduanya bersama almarhum Basman melahirkan puluhan kaset Jula-Juli Guyonon antara 1970-1990-an.
Baca juga: Seniman ludruk Cak Sapari dirawat di RSUD Soewandhie
Lakon Jula-Juli Guyonan yang direkam dengan pita kaset sempat laku keras. Bahkan, kaset-kaset tersebut menjadi buruan para kolektor. Lakon yang terkenal di antaranya “Sepur India”, “Pemburu Cipret”, dan “Patih Kabur Kanginan”.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menyatakan sebagai bentuk penghormatan kepada seniman ludruk Cak Sapari saat berjuang melawan sakit diabetes hingga meninggal dunia pada Kamis dini hari, melalui pemberian nama panggung “Ludruk Sapari”.
“Sebenarnya Cak Safari diikutkan main Film Lara Ati bersama Cak Kartolo. Tapi karena beliau sakit, film akhirnya memberi penghormatan dengan memberinya nama panggung ‘Ludruk Sapari’. Ini sebagai penghormatan kepada Cak Sapari,” kata Armuji.
Baca juga: Balada Cak Kartolo, sempat antre BLT hingga tawarkan rumah
Baca juga: Wali Kota Surabaya unjuk kebolehan seni peran dalam pentas ludruk
Baca juga: Tampil di pentas ludruk, Kamidia Radisti ingin melestarikan seni tradisional
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.