Badak LNG incar Proper Emas ke-12 tahun ini

Badak LNG incar Proper Emas ke-12 tahun ini

wargasipil.com – Badak LNG Bontang, Kalimantan Timur pada tahun ini mengincar penghargaan yang ke-12 dalam ajang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Insya Allah tahun ini bisa yang ke-12 untuk Proper Emas,” kata Manajer CSR & Relation PT Badak NGL, Mohammad Irfan Hidayat di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat.

Irfan Hidayat mengatakan untuk tahun 2022, Program CSR yang diunggulkan dari Badak LNG antara lain Bank Sampah Ceria yang dikelola oleh anggotanya yang mayoritas ibu-ibu.

Kemudian UMKM Telihan Recycle yang mengelola limbah aluminium menjadi baling-baling perahu. Ketiga di Bontang Kuala yang memproduksi perahu dari limbah polyurethane, pembungkus pipa gas Badak LNG.

“Kemudian ada juga komunitas Masdarling atau Masyarakat Sadar Lingkungan, ini program dua tahun lalu. Program unggulan dari Proper sebelumnya ada juga Mbak Ninik yang membuat ikan Bawis,” tambahnya.

Sampai saat ini Badak LNG telah meraih Proper Emas 11 kali berturut-turut, sebagai prestasi tertinggi yang mampu dicapai perusahaan peserta penilaian Proper. Hal itu sekaligus menunjukkan konsistensi perusahaan dalam menjaga kualitas pengelolaan lingkungan dan implementasi program pengembangan masyarakat (community development) secara berkelanjutan.

Irfan Hidayat melanjutkan untuk program di Telihan Recycle yang mengolah limbah aluminium yang bukan kategori B3, pihak Badak LNG menyediakan fasilitas walaupun mereka sudah ada bank sampah antara lain alat peleburan, tungku gas dan pasokan limbah aluminium insulation. Selain itu, Badak LNG juga mendatangkan tenaga ahli peleburan aluminium dari Jawa dan melatih mereka selama dua minggu.

“Baling-baling kapal nelayan yang terbuat dari limbah insulation itu kualitasnya lebih kuat. Produksinya maksimal bisa 100 unit baling-baling per hari,” katanya.

Program CSR lainnya yang juga menjadi fokus Badak LNG pada 2022 adalah pendampingan bagi pengrajin di Bontang Kuala untuk membuat perahu atau kapal nelayan dari limbah polyurethane (pembungkus pipa gas agar temperatur stabil).

“Perahu yang dibuat dari polyurethane menurut para nelayan lebih tahan lama. Kalau dari kayu kan gampang bocor. Harganya lebih mahal, perahu kayu itu hanya Rp15 juta, kalau perahu dari polyurethane bisa Rp25 juta tapi daya tahannya lebih lama. Bisa 10 kalinya, sedangkan perahu kayu dalam 3 tahun biasanya ada yang harus diperbaiki. Intinya limbah kita benar-benar terserap 100 persen.

Untuk perahu dari polyurethane tersebut memang agak sulit jika dipasarkan ke nelayan karena harganya relatif lebih mahal dari perahu kayu. Sementara ini, beberapa perahu yang sudah dibuat akan dihibahkan untuk kegiatan sosial dan disumbangkan ke nelayan, ujarnya.

“Saat ini sudah ada 2 perahu buatan pengrajin Bontang Kuala yang terbuat dari limbah polyurethane Badak NGL. Satu untuk perahu anti banjir dan kedua perahu untuk pengangkutan sampah. Akan dibuat satu perahu lagi untuk nelayan yang tidak punya perahu,” ujar Irfan.

Sementara itu untuk program Bank Sampah Ceria, merupakan salah satu implementasi dari Program Salin Swara (Sampah Keliling Swadaya Masyarakat). Badak LNG mengajak masyarakat untuk mulai memilah sampah dari rumah. Sampah-sampah rumah tangga dipilah berdasarkan masing-masing kategori sampah. Sampah-sampah ini kemudian dikumpulkan secara kolektif ke bank sampah yang terdapat di beberapa kelurahan. Manfaat yang didapat masyarakat melalui program ini, yaitu adanya investasi saldo tabungan, tabungan emas, dan premi BPJS Ketenagakerjaan.

“Intinya program Salin Swara itu adalah bank sampah, jadi memanfaatkan sampah baik dari industri maupun perumahan,” kata Irfan Hidayat.

Menurut Direktur Bank Sampah Ceria Juarni Huda, awalnya bank sampah ini dikelola oleh anggota PKK Kelurahan Satimpo, Bontang pada 2017 yang menempati rumah aset kelurahan. Kemudian pada 2018, melalui program CSR, Badak LNG memberikan pendampingan dan bantuan sarana, sehingga nasabah meningkat dari 65 menjadi 153 nasabah saat ini.

Bank Sampah Ceria menerima sampah anorganik (plastik dan kertas) dari warga dengan membeli Rp1.000 per kilogram, serta juga menerima sedekah sampah. Mereka mengumpulkan dan memilah sampah tersebut dan menjualnya kepada pengepul dengan kisaran harga Rp1.400 -Rp2.200 per kg.

“Penghasilan per bulan rata-rata bisa mencapai Rp2 juta yang dipakai untuk operasional dan pembayaran iuran BPJS anggota,” kata Juarni