Warga Sipil – Bank sentral Thailand, Rabu (2/8), menaikkan suku bunga kebijakan utamanya ke level tertinggi dalam sembilan tahun terakhir untuk mengendalikan inflasi dan mempertahankan fleksibilitas kebijakan di tengah prospek ekonomi yang tidak menentu.
Komite kebijakan moneter Bank of Thailand (BOT) dengan suara bulat memilih untuk menaikkan suku bunga kebijakan dari 2,00 persen menjadi 2,25 persen sehingga membawa suku bunga kebijakan utama ke level tertingginya sejak awal tahun 2014.
BOT menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa meski perekonomian Thailand sedang menunjukkan tanda-tanda peningkatan berkat pariwisata dan konsumsi pribadi, lambatnya pemulihan ekspor dan kekhawatiran politik internal telah meningkatkan risiko terhadap prospek ekonomi.
“Kebijakan moneter harus menjaga inflasi berada pada kisaran target secara berkelanjutan dan mendorong stabilitas keuangan makro jangka panjang, dengan mencegah akumulasi ketidakseimbangan finansial yang berpotensi muncul di lingkungan suku bunga rendah dalam waktu lama,” demikian menurut pernyataan BOT.
Harga energi lebih rendah, subsidi biaya hidup, dan basis komparatif tinggi dari tahun 2022 berkontribusi terhadap penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen, yang diproyeksikan pulih pada paruh kedua tahun 2023, kata Asisten Gubernur BOT Piti Disyatat.
Disyatat mengatakan harga pangan lebih tinggi disertai dengan fenomena El Nino lebih parah dapat memperburuk cost pass-through, yakni pengaruh perubahan biaya input pada harga output perusahaan dalam konteks pertumbuhan ekonomi yang berlangsung.
Ke depan, BOT mempertimbangkan prospek ekonomi, inflasi, serta penilaian risiko terkait dalam membahas kenaikan suku bunga kebijakan lebih lanjut.
Headline inflation negara Asia Tenggara itu terus menurun menjadi 0,23 persen secara tahunan (yoy) pada Juni atau tingkat terendah dalam 22 bulan dan berada di bawah kisaran target BOT yakni 1-3 persen selama dua bulan berturut-turut.