Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Senin (8/8), mendesak negara-negara dengan senjata nuklir untuk tetap berpegang pada komitmen No First Use (NFU).
NFU adalah komitmen yang dibuat negara-negara berkekuatan nuklir untuk tidak menggunakan senjata nuklir sebagai alat perang kecuali jika terlebih dahulu diserang oleh musuh dengan menggunakan senjata nuklir.
Guterres memperingatkan bahwa perlombaan senjata nuklir telah kembali digelar di tengah meningkatnya ketegangan internasional.
“Inilah saatnya. untuk meminta negara-negara bersenjata nuklir untuk berkomitmen pada prinsip NFU dan berkomitmen untuk tidak menggunakan dan tidak mengancam negara-negara tidak bersenjata nuklir,” kata Guterres pada konferensi pers di Tokyo, dua hari setelah ia mengunjungi Hiroshima untuk memperingati korban bom atom 6 Agustus 1945.
“Saya pikir tidak seorang pun yang dapat menerima gagasan bahwa perang nuklir baru akan terjadi. Ini akan menjadi kehancuran planet ini,” kata Guterres. ”Yang jelas jika tidak ada yang menggunakan untuk pertama kalinya maka tidak akan ada perang nuklir.”
Kekhawatiran akan adanya ledakan bom nuklir meningkat di tengah ancaman serangan nuklir Rusia sejak perangnya di Ukraina dimulai pada Februari.
Pada hari Kamis, Moskow menembaki kota Zaporizhzhia di Ukraina, yang memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa. Ketika ditanya tentang serangan itu, Guterres berkata, “Setiap serangan ke pembangkit nuklir adalah tindakan bunuh diri.”
Ia mengatakan ia sepenuhnya mendukung Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam upayanya menstabilkan pembangkit itu dan mendapatkan akses ke fasilitas itu untuk menjalankan mandatnya.
Guterres mengatakan bahwa setelah beberapa dekade upaya pelucutan senjata nuklir, dunia sekarang “bergerak mundur”. Ia mengatakan, saat ini ada 13.000 bom nuklir di dunia dan ada investasi besar-besaran untuk modernisasi persenjataan nuklir. “Jadi inilah saatnya untuk mengatakan: Hentikan.”
Guterres mengatakan bahwa miliaran dolar yang digunakan dalam perlombaan senjata seharusnya dihabiskan untuk masalah-masalah mendesak lainnya.
“Miliaran dolar yang digunakan dalam perlombaan senjata ini harus digunakan untuk memerangi perubahan iklim, memerangi kemiskinan, memenuhi kebutuhan masyarakat internasional,” katanya. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.