wargasipil.com – Rusia mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya telah menembak jatuh sebuah roket jarak jauh Ukraina , yang dipasok Amerika Serikat (AS). Senjata semacam itu disebut Kiev sebagai kunci dalam mengantisipasi serangan balik terhadap pasukan Moskow yang terus menginvasi wilayahnya.
Seperti dilansir AFP, Rabu (29/3/2023), pengumuman itu disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia usai Ukraina mengungkapkan telah menerima pasokan tank modern Leopard dan Challenger dari Jerman dan Inggris, yang akan digunakan untuk memukul mundur pasukan Moskow di timur dan selatan wilayahnya.
Pertempuran baru-baru ini antara pasukan Kiev dan Moskow berpusat di kota Bakhmut, dengan Ukraina mengklaim pasukannya bertahan di pusat kota wilayah Donetsk untuk menguras tenaga pasukan Rusia agar kemudian bisa dengan mudah memukul mundur mereka.
“(Pasukan) Pertahanan udara menembak jatuh… sebuah roket berpemandu GLSDB,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, merujuk pada bom diameter kecil yang diluncurkan dari daratan yang diproduksi Boeing dan Saab Group.
Perangkat itu memiliki jangkauan hingga 150 kilometer, yang bisa mengancam posisi Rusia dan memasok depot jauh di belakang garis depan pertempuran.
Bulan lalu, Pentagon mengumumkan pihaknya memberikan pasokan artileri kepada Ukraina sebagai bagian dari paket senjata senilai US$ 2,2 miliar.
“Itu memberikan mereka kemampuan jarak jauh… yang akan memungkinkan mereka untuk melakukan operasi mempertahankan negara mereka dan merebut kembali wilayah kedaulatan mereka,” ucap juru bicara Pentagon Pat Ryder pada saat itu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan Video ‘Rusia Siap Perang Nuklir dengan AS dan NATO’:
Ukraina telah meminta kepada AS, amunisi yang bisa mengudara lebih jauh dari roket-roket HIMARS, yang memiliki jangkauan 80 kilometer. Negara-negara Barat berhati-hati dalam memasok persenjataan semacam itu karena kekhawatiran Kiev dapat menggunakannya untuk menyerang wilayah Rusia.
HIMARS memainkan peran penting dalam merebut kembali Kherson dari pasukan Rusia tahun lalu. Namun GLSDB berpotensi memberikan pasukan Kiev kemampuan untuk menyerang target di mana saja di wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Moskow.
Serangan semacam itu bisa mengancam rantai pasokan penting, depot senjata dan pangkalan udara Rusia.
Kremlin secara konsisten menyebut pasokan senjata dari Barat untuk Ukraina tidak akan berdampak terhadap pertempuran di medan perang dan hanya akan memperpanjang konflik juga penderitaan rakyat Ukraina.