Merangkul Kembali Mantan Narapidana Kasus Terorisme ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo yang juga mantan narapidana kasus terorisme, Abu Bakar Ba’asyir menerima bendera merah putih yang terlipat rapi di atas nampan dari Komandan Korem Warastratama Surakarta, Kolonel Achiruddin, Selasa (16/8) sore. Tim Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Perwakilan Pemkab Sukoharjo, bersama pimpinan TNI/Polri di Sukoharjo juga hadir dalam acara yang berlangsung hangat itu.

“Saya terima bendera merah putihnya. Ini untuk upacara bendera 17 Agustus kan. Sekalian nampannya juga boleh ya?,” ujar Ba’asyir yang disambut senyum mereka yang hadir.

Usai pertemuan itu Ba’asyir dan keluarga memasuki salah satu sudut kompleks pondok pesantren di mana keluarganya tinggal bersama.

Dandim 0726/Sukoharjo, Letkol Czi Slamet Riyadi, mengatakan bendera diserahkan untuk dikibarkan dalam upacara 17 Agustus 2022 di pondok pesantren itu. “Tadi Danrem menyerahkan bendera merah putih kepada Ustaz Abu Bakar Ba’asyir untuk dikibarkan dalam upacara besok,” kata Dandim kepada wartawan, Selasa (16/8) sore.

Sekitar sepuluh meter dari kantor pondok pesantren yang disegani itu, tampak sekitar 800an santri berbaris rapi didampingi personil TNI/Polri. Mereka sedang latihan upacara bendera, dan hari Selasa merupakan gladi bersih upacara 17an itu.

Jack Harun Ikut Kibarkan Bendera Merah Putih

Ba’asyir bukan satu-satunya mantan narapidana terorisme yang menerima bendera merah putih, simbol negara kesatuan Republik Indonesia. Pada Minggu (14/8), Joko Tri Harnanto alias Jack Harun, mantan narapidana terorisme kasus Bom Bali I ikut menerima bendera merah putih di kompleks Balaikota Solo. Berbeda dengan sebelumnya, ia menegaskan pentingnya menjaga Tanah Air Indonesia dari pengaruh paham radikal maupun terorisme.

“Merdeka. Merdeka. Lomba hari ini bertema memupuk jiwa nasionalisme sejak dini. Hari ini kita bersemangat memperingati Kemerdekaan Indonesia. Tujuh puluh tujuh tahun Indonesia merdeka. Sebagai generasi muda, pendidik, menyampaikam kepada anak didik atau murid bahwa Indonesia Merdeka karena jasa para pahlawan. Adik-adik yang hadir saat ini punya sifat nasionalisme dan patriotiame, tuangkan dalam goresan gambar nuansa merah putih,” jelas Joko pada ratusan anak, guru, dan orang tua.

Merangkul Kembali Mantan Narapidana Kasus Terorisme ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Mantan napiter kasus Bom Bali 1, Joko Triharmanto alias Jack Harun saat mengisi kegiatan bagi anak-anak Sekolah Dasar Islam di Balaikota Solo, Minggu (14/8). (Foto : VOA/ Yudha Satriawan)

Lomba melukis, yang menjadi salah satu acara yang menarik perhatian masyarakat saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia itu, mendorong peserta meresapi perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Lomba ini diikuti oleh siswa sekolah dasar Islam atau madrasah ibtidaiyah se-kota Solo.

Bersama sejumlah rekan mantan narapidana terorisme yang tergabung dalam Yayasan Gema Salam, Joko ikut menabur bunga di kompleks Taman Makam Pahlawan setempat.

Video Ba’asyir Dukung Pancasila Meluas

Abu Bakar Ba’asyir dan Jack Harun kini dikenal aktif berdakwah dan melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ba’asyir lebih menghabiskan waktu bersama keluarga, sebagaimana dipaparkan putranya Abdurrohim Ba’asyir.

Awal bulan ini beredar video yang menunjukkan Ba’asyir, ulama berpengaruh yang memimpin organisasi yang bertujuan mendirikan negara Islam, mengisyaratkan telah mengakui Pancasila. Dalam video berdurasi 40 detik yang beredar luas di Twitter dan beragam platform media sosial lainnya itu, Ba’asyir tampak menjelaskan dengan sederhana mengapa para ulama mendukung Pancasila, yang pernah dianggapnya sebagai hal yang syirik atau menyalahi ajaran Islam. Kini, Baasyir mengakui dan menerima Pancasila karena ada dasar tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Anak Abu Bakar Baasyir, Abdurrahim Baasyir, saat ditemui di Kompleks Pondok Pesanstren Al Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, 4 Agustus 2022. (Foto: Yudha Satriawan/VOA)

Anak Abu Bakar Baasyir, Abdurrahim Baasyir, saat ditemui di Kompleks Pondok Pesanstren Al Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, 4 Agustus 2022. (Foto: Yudha Satriawan/VOA)

Putra Ba’asyir, Abdurrohim Baasyir, saat ditemui VOA di pondok pesantren Al Mukmin Ngruki menjelaskan bahwa faktor usia yang sudah lebih dari 80 tahun, membuat kondisi fisik ayahnya semakin menurun. Kini keluarga membatasi aktivitasnya. “Aktivitas dakwah ya masih tapi tidak sesering dulu. Kadang mengisi materi di dalam pondok pesantren atau sekitarnya. Kami memang batasi bertemu dengan orang lain demi kesehatan dan keamanannya,” ungkap Abdurrohim Ba’asyir.

Lebih lanjut Abdurrohim mengungkapkan Baasyir sesekali menghadiri kegiatan kemasyarakatan di sekitar ponpes maupun mengisi materi di ponpes. Keluarga, jelas Abdurrohim, membatasi Ba’asyir bertemu langsung dengan orang lain karena faktor pandemi COVID-19.

Sementara itu Jack Harun, yang kini aktif di Yayasan Gema Salam – yang menaungi mantan narapidana kasus terorisme pasca menjalani hukuman – mengatakan para ustaznya kini hanya berdakwah dengan mengajarkan materi tentang perdamaian dan cinta Tanah Air Indonesia. [ys/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.