KTT AS dan Timur Tengah Bahas Kerjasama Masa Depan

Dalam KTT Jeddah, Sabtu (16/7), para pemimpin menyimak presentasi visi Presiden Biden tentang peran Amerika di Timur Tengah dalam menghadapi agresi militer Iran dan perluasan pengaruh Rusia dan Tiongkok. Joe Biden menegaskan bahwa Amerika, di bawah kepemimpinannya, tidak akan diam saja menyaksikan peningkatan peran Rusia atau China di kawasan tersebut.

“Amerika akan tetap menjadi mitra yang aktif dan selalu ada untuk Timur Tengah. Sementara dunia menjadi lebih kompetitif dan tantangan yang kita hadapi semakin rumit, semakin jelas bagi saya betapa erat kaitan kepentingan Amerika dengan keberhasilan Timur Tengah.”

Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman menjadi ketua pertemuan itu. Dalam sambutannya, ia juga membahas ancaman Iran terhadap kawasan.

Putra Mahkota mengatakan bahwa KTT itu diadakan sementara negara-negara di kawasan itu menghadapi ancaman besar dan bahwa Iran tidak boleh ikut campur dalam (konflik Yaman). Ia menambahkan bahwa program nuklir Iran harus mematuhi aturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

KTT AS dan Timur Tengah Bahas Kerjasama Masa Depan

Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman yang menjadi Ketua KTT berbicara di Jeddah, Sabtu (16/7).

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyerukan “upaya bersama guna mengakhiri konflik di kawasan dan menghentikan intervensi luar dalam konflik itu.” Dia juga mengecam negara-negara yang “mengerahkan tentara bayaran dari satu negara ke negara lain dan membentuk pasukan milisi untuk mengacaukan negara.” Dia juga mengecam penyebaran senjata nuklir di kawasan itu, tanpa secara khusus merujuk ke Iran.

Perdana Menteri Irak Mustafa Khadhimi mengatakan bahwa negara dan pemerintahannya berada di bawah tekanan Iran, yang bertetangga langsung dengan Irak. Ia berterima kasih kepada Arab Saudi, Yordania dan Mesir karena setuju untuk menghubungkan jaringan listrik negara mereka dengan Irak dan membantu mengurangi kekurangan energi yang semakin meningkat. Khadhimi juga mendesak kerja sama lebih lanjut untuk mengatasi keamanan pangan dan energi yang mengancam negaranya dan negara-negara lain di tengah konflik Ukraina.

Sosiolog politik Mesir Said Sadek mengatakan kepada VOA bahwa walaupun tidak menyambut Presiden Biden sehangat sambutan kepada para pemimpin regional lainnya, Arab Saudi memberi isyarat kepada Biden bahwa negara itu akan menaikkan produksi minyaknya dan mengatasi masalah energi dalam negeri Amerika.

“Saudi harus memberi penghargaan kepada Amerika. Sekarang kita lihat bahwa mereka akan menaikkan produksi minyak dalam negeri mereka dari 10 juta menjadi 13 juta barel per hari dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya.

Sadek lebih lanjut mengatakan bahwa terlepas dari pernyataan Biden yang keras terhadap Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman (MBS) dalam kampanye pilpres Amerika, ia tampaknya telah melunakkan sikap terhadap MBS. Ia juga menyadari bahwa Amerika “benar-benar tidak memiliki alternatif selain MBS,” yang kemungkinan akan menggantikan Raja Salman, setelah raja mangkat. [ka/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *