wargasipil.com – uah ledakan melumpuhkan Jembatan Crimea ( Jembatan Kerch ) yang dijaga ketat yang menghubungkan Crimea ke daratan Rusia, simbol pendudukan ilegal Rusia dan jalur logistik utama bagi pasukan Rusia di Ukraina selatan.
Ledakan di Jembatan Crimea menjadi pukulan berat terbaru bagi Vladimir Putin setelah berminggu-minggu dipermalukan secara militer.
Jembatan Kerch adalah proyek prestise pribadi untuk presiden Rusia, dan ledakan yang menghancurkan terjadi sehari setelah ulang tahunnya yang ke-70. Ledakan itu merusak jalan menuju Crimea dan membuat jalur kereta api terbakar.
Ukraina tidak secara langsung mengelaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang menurut Rusia dilakukan oleh sebuah bom truk.
Tetapi seorang pejabat senior Ukraina mengunggah pesan “selamat ulang tahun” dengan gambar kehancuran. Hanya dalam beberapa jam, kantor pos Ukraina juga mengungkapkan desain untuk perangko peringatan, menunjukkan jembatan terbakar.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apakah ledakan telah diantisipasi.
Pemimpin partai politik negara itu, Presiden Zelensky juga menyatakan serangan itu merupakan konsekuensi dari pendudukan ilegal Rusia di Crimea.
“Konstruksi ilegal Rusia mulai berantakan dan terbakar. Alasannya sederhana: jika Anda membangun sesuatu yang eksplosif, maka cepat atau lambat akan meledak,” tulis David Arakhamia, ketua partai Servant of the People, di Telegram sebagaimana dilansir Guardian.
Diklaim “tak akan tersentuh”
Insiden terbaru berdampak sangat merusak bagi Moskwa yang mengklaim jembatan Kerch hampir tidak tersentuh. Pasalnya infrastruktur ini dilindungi oleh lapisan pertahanan dari pasukan militer perairan terlatih hingga sistem rudal terbaru.
Jembatan Crimea dibangun atas perintah Putin dan diresmikan pada 2018, dan merupakan penghubung transportasi utama untuk peralatan militer bagi tentara Rusia yang bertempur di Ukraina, terutama di selatan, serta mengangkut pasukan di sana.
Rusia selama berbulan-bulan berasumsi bahwa Crimea – termasuk jembatan Kerch – berada di luar kemampuan pasukan Ukraina untuk menyerang.
Namun, dalam dua bulan terakhir serangkaian ledakan telah menghantam situs-situs di Crimea. Termasuk pangkalan udara angkatan laut Saky, di tengah meningkatnya keyakinan di Kyiv bahwa mereka dapat merebut kembali Crimea.
Jika benar direncanakan oleh Kyiv, insiden akan menjadi tanda terbaru dari kepercayaan militer Ukraina di lapangan, bahkan ketika Rusia mengklaim lebih banyak wilayah Ukraina di atas kertas.
Tidak ada analis militer yang serius yang menunjukkan bahwa Ukraina hampir berada dalam posisi untuk mendapatkan kembali Crimea, tetapi gagasan itu terasa sedikit lebih masuk akal daripada tahun lalu.
Rusia telah mengancam pembalasan atas setiap serangan di jembatan tersebut. Perayaan di Ukraina tentang kerusakan – yang kemungkinan akan mempersulit pasokan dan bala bantuan untuk mencapai pasukan pendudukan di selatan – bercampur dengan kekhawatiran tentang kemungkinan eskalasi.
Sementara itu, Putin memperingatkan kesiapannya untuk menggunakan senjata nuklir, ketika pasukannya berjuang untuk menghentikan serangan balasan Ukraina yang telah membuat pasukannya berantakan.
Pada Sabtu (9/10/2022) malam, Rusia mengatakan jalur kereta api melintasi jembatan itu beroperasi kembali tetapi lalu lintas jalan akan tetap terbatas.
Beberapa jam setelah ledakan, Rusia mengumumkan telah menunjuk seorang veteran terkenal dengan catatan berdarah sebagai komandan keseluruhan pertama untuk perang di Ukraina.
menembaki pengunjuk rasa pro-demokrasi pada 1990-an dan memimpin ekspedisi militer Rusia 2017 di Suriah, di mana ia dituduh menggunakan taktik kontroversial, termasuk pemboman tanpa pandang bulu terhadap pejuang anti-pemerintah.
Penunjukannya mungkin menunjukkan bahwa Moskwa sekarang memahami bahwa militernya berada dalam bahaya kehancuran di Ukraina, dengan pasukan Kyiv maju di keempat wilayah selatan yang diklaim Putin telah dicaplok.
Ledakan di jembatan Crimea , yang menurut saksi mata dapat terdengar bermil-mil jauhnya, terjadi sekitar pukul 6 pagi pada Sabtu (9/10/2022), ketika sebuah kereta api sedang melintas dan langsung ikut dilalap api bersama bagian dari jembatan jalan runtuh ke dalam air.
Rusia membentuk komite untuk menyelidiki serangan itu. Dalam beberapa jam dikatakan tiga orang telah tewas dan menyalahkan sebuah bom truk untuk ledakan itu. Dikatakan pengemudi adalah penduduk wilayah Kuban Rusia selatan.
Rekaman yang dibagikan di saluran Telegram Rusia dan kantor berita tampaknya menunjukkan saat ledakan, dengan dua kendaraan, truk dan mobil, di pusat ledakan, meskipun tidak jelas apakah salah satu yang bertanggung jawab atau hanya terjebak dalam ledakan.
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website kompas.com. Situs https://wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”