Kala Belarusia Terseret Panasnya Perang Rusia-Ukraina

Kala Belarusia Terseret Panasnya Perang Rusia-Ukraina

wargasipil.com – Rusia saat ini membuat pasukan gabungan baru dengan Belarusia . Kini Belarusia hadir di tengah-tengah panasnya perang Ukraina dan Rusia.

Dilansir AFP, Sabtu (15/10/2022), para tentara Rusia sudah tiba di Belarusia hari ini. Mereka konvoi bersama.

“Konvoi pertama prajurit Rusia dari kelompok pasukan regional telah tiba di Belarusia,” kata Kementerian Pertahanan Belarusia, seraya menambahkan bahwa misi mereka ‘secara eksklusif untuk memperkuat perlindungan dan pertahanan perbatasan’.

Kementerian Pertahanan Belarusia menunjukkan foto-foto yang menampilkan para tentara disambut oleh wanita-wanita yang mengenakan kostum tradisional. Wanita-wanita itu juga membagikan roti dan garam.

Diketahui, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengklaim Ukraina sedang merencanakan untuk menyerang negaranya. Dia pun mengumumkan pembentukan pasukan gabungan dengan Moskow.

Lukashenko menuduh Polandia, Lithuania dan Ukraina melatih para radikal Belarusia “untuk melakukan sabotase, serangan teroris dan untuk mengatur pemberontakan militer di negara itu”.

Pembentukan pasukan gabungan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa pasukan Belarusia dapat bergabung dengan pasukan Rusia dalam serangan mereka di Ukraina.

Pemerintah Belarusia mengatakan bahwa kontingen itu “murni defensif”.

Dalam pertemuan G7 beberapa hari lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia “mencoba untuk secara langsung menarik Belarusia ke dalam perang ini”.

Zelensky menyerukan agar misi pengamat internasional ditempatkan di perbatasan Ukraina-Belarusia.

Lukashenko adalah sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengizinkan wilayah Belarusia digunakan oleh pasukan Moskow untuk melancarkan operasi militer melawan Kyiv pada Februari.

Namun, angkatan bersenjata Belarusia hingga saat ini belum ambil bagian dalam serangan ke Ukraina tersebut.

Belarusia diketahui bergantung secara finansial dan politik pada sekutu utamanya, Rusia.

Agresi militer Rusia terus digencarkan sebagai aksi balasan terhadap serangan Ukraina. Rusia melancarkan serangan terbesar terhadap Ukraina dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, pada Senin (10/10). Serangan mematikan ini menghancurkan gedung dan pemukiman masyarakat sipil, melumpuhkan listrik dan distribusi air, serta menewaskan sedikitnya 14 orang.

Layanan Darurat Ukraina mengatakan hampir 100 orang terluka dalam serangan pagi itu. Rusia meluncurkan serangan dari udara, laut dan darat terhadap 14 wilayah, mulai dari Lviv di barat hingga Kharkiv di timur. Sejumlah serangan dilancarkan ke sasaran yang berada jauh dari garis depan peperangan.

Meskipun Rusia mengatakan rudal menargetkan fasilitas militer dan energi, namun beberapa menyerang daerah sipil, saat warga sipil sedang menuju ke tempat kerja dan sekolah. Salah satu rudal menghantam taman bermain di pusat kota Kyiv dan satu lagi menghantam sebuah universitas.

Dampak Serangan di Ukraina

Serangan-serangan tersebut membuat sebagian besar aliran listrik di negara itu mati, ratusan ribu orang kehilangan akses listrik hingga Senin (10/10) malam. Pihak berwenang Ukraina meminta masyarakat untuk menghemat dan mengumumkan akan menghentikan ekspor listrik ke Eropa mulai Selasa (11/10). Pemadaman listrik sering membuat penduduk kehilangan air, mengingat ketergantungan sistem pada listrik untuk menjalankan pompa air dan peralatan lainnya.

Andriy Yermak, penasihat senior Presiden Volodymyr Zelenskyy, menuding serangan itu tidak memiliki “pengertian militer praktis”, tujuan Rusia adalah menyebabkan “bencana kemanusiaan.”

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pasukannya menargetkan infrastruktur energi utama dan fasilitas komando militer dengan “senjata presisi” sebagai pembalasan atas apa yang dia klaim sebagai tindakan “teroris” Kyiv sebagai upaya Ukraina untuk mengusir invasi Moskow, termasuk serangan Sabtu (08/10) di sebuah jembatan penghubung antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang dicaplok.

Putin menuduh serangan jembatan itu didalangi oleh dinas khusus Ukraina. Putin bersumpah akan memberikan tanggapan yang “keras” dan “proporsional” jika serangan Ukraina lebih lanjut mengancam keamanan Rusia. “Tidak ada yang meragukannya,” katanya kepada Dewan Keamanan Rusia melalui video.

Putin Tuding Ukraina Teroris

Presiden Rusia berada di bawah tekanan dalam negeri yang kuat agar mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menghentikan serangan balasan Ukraina, seperti yamg terjadi pada serangan hari Sabtu (08/10) di jembatan Kerch. Dalam beberapa waktu terakhir Putin yang semakin sering menuding Ukraina sebagai teroris dapat melancarkan tindakan yang lebih berani dan kejam.

Namun dalam pidato hari Senin (10/11), Putin, yang memerintahkan mobilisasi pasukan parsialnya bulan lalu dan memicu eksodus ratusan ribu pria dewasa mengatakan, berhenti meningkatkan “operasi militer khusus” nya menjadi kampanye kontraterorisme atau darurat militer. Zelenskyy telah berulang kali meminta para pemimpin dunia untuk menyatakan Rusia sebagai negara teroris karena serangannya terhadap warga sipil dan dugaan kejahatan perang.

Mendekati bulan kedelapan perang Moskow di Ukraina, Kremlin mulai lelah setelah kemunduran medan perang yang memalukan di wilayah Ukraina timur yang dicaploknya.

Kepala penegak hukum Ukraina mengatakan, serangan Senin (11/10) merusak 70 situs infrastruktur, 29 di antaranya kritis. Zelenskyy mengatakan, dari 84 rudal jelajah dan 24 drone yang ditembakkan Rusia, pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh 56 rudal.

“Ledakan terjadi di distrik Shevchenko di ibu kota, yang mencakup kota tua bersejarah dan kantor-kantor pemerintah”, kata Walikota Vitali Klitschko.

Beberapa serangan terjadi di dekat kawasan pemerintah di jantung simbolis ibu kota, tempat parlemen dan simbol utama lainnya berada. Sebuah menara kantor berlapis kaca rusak parah, dengan sebagian besar jendela berwarna biru pecah.

Ukraina sebut Rusia Sengaja Timbulkan Kerusakan

Zelenskyy, dalam sebuah video pribadinya, dilansir saat serangan terjadi hari Senin (10/10), mengatakan, Rusia “memilih waktu dan target seperti itu dengan sengaja untuk menimbulkan kerusakan paling besar.”

Serangan tersebut membuat penduduk dua kota terbesar di Ukraina yakni Kyiv dan Kharkiv mengungsi ke tempat perlindungan bom, termasuk stasiun kereta bawah tanah.

Istri Zelenskyy, Olena, memposting video yang menunjukkan orang-orang yang berlindung di tangga stasiun kereta bawah tanah Kyiv menyanyikan lagu rakyat Ukraina, “In a Cherry Garden,” yang baris terakhirnya adalah: “Ibuku tersayang, kamu sudah tua dan aku bahagia dan muda. Saya ingin hidup, untuk mencintai.”

Sementara sirene serangan udara terus berlbunyi sepanjang serangan, di Kyiv dan di tempat lain banyak orang Ukraina mengabaikan peringatan serangan setelah berbulan-bulan tenang. Sirene serangan udara terdengar di setiap wilayah Ukraina selama empat jam berturut-turut, kecuali di Krimea yang dicaplok Rusia.

Wartawan Associated Press melihat sejumlah mayat di lokasi industri di pinggiran Dnipro. Empat orang tewas dan 19 terluka di kota itu, kata para pejabat. Saksi mata mengatakan satu rudal mendarat di depan bus, merusak kendaraan tetapi tidak membunuh penumpang.

Natalia Nesterenko, seorang ahli matematika mengatakan, melihat satu rudal terbang di dekat balkon apartemen Dnipro miliknya saat dia berada di dapur, lalu dia mendengar dua ledakan. “Ini sangat berbahaya. Saya segera menelepon anak-anak saya untuk mengecek bagaimana keadaan mereka karena siapa pun dapat terkena, perempuan, anak-anak,” katanya.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website detik.com. Situs https://wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”