China Siap Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina

China Siap Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina

China Siap Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina

wargasipil.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) China Qin Gang menyatakan negaranya siap membantu untuk memfasilitasi perundingan damai antara Israel dan Palestina .

Seperti dilansir AFP, Selasa (18/4/2023), pernyataan itu disampaikan Qin dalam percakapan telepon secara terpisah dengan Menlu Israel Eli Cohen dan Menlu Palestina Riyad Al-Maliki pada Senin (17/4) waktu setempat.

Percakapan telepon itu dilakukan setelah langkah terkini Beijing yang menempatkan diri sebagai mediator regional. Beberapa waktu lalu, Arab Saudi dan Iran mengumumkan pemulihan hubungan yang terputus selama tujuh tahun, setelah mencapai kesepakatan yang dimediasi oleh China.

Dalam percakapan telepon dengan Cohen, sebut kantor berita Xinhua, Qin mendorong ‘langkah-langkah untuk melanjutkan perundingan damai’ dan menyatakan bahwa Beijing siap menjadi fasilitator.

“China siap memberikan kemudahan untuk ini,” ucap Qin dalam percakapan telepon dengan Cohen, seperti dikutip Xinhua.

Sedangkan saat berbicara dengan Al-Maliki, menurut Xinhua, Qin menegaskan dukungan Beijing untuk dimulainya kembali perundingan damai sesegera mungkin.

Xinhua menambahkan bahwa dalam percakapan telepon dengan kedua Menlu, Qin menekankan dorongan yang diberikan China untuk perundingan damai yang didasarkan atas penerapan ‘solusi dua negara’ antara Israel dan Palestina.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Perundingan damai antara Israel dan Palestina diketahui terhenti sejak tahun 2014 lalu.

Sebelumnya, seperti dilansir Reuters, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa Israel ingin melakukan normalisasi hubungan dan berdamai dengan Arab Saudi. Netanyahu menyebut hal itu akan menjadi ‘lompatan besar’ menuju berakhirnya konflik Arab-Israel.

“Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami memandang itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel,” ucap Netanyahu saat berbicara dalam pertemuan dengan Senator AS Lindsey Graham dari Partai Republik, pada Senin (17/4) waktu setempat.

“Perjanjian ini bisa memiliki konsekuensi monumental, konsekuensi historis, baik bagi Israel, juga bagi Arab Saudi, bagi kawasan dan bagi dunia,” cetusnya.

Israel telah menjalin hubungan diplomatik dengan sejumlah negara Arab sejak tahun 2020, termasuk dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain — yang merupakan negara-negara tetangga Saudi. Namun Riyadh menahan diri untuk mengakui Israel, dengan menyebut langkah semacam itu harus dikaitkan dengan tindakan mewujudkan tujuan terbentuknya negara Palestina.

Kesepakatan pemulihan hubungan Saudi dan Iran yang dimediasi China, bulan lalu, menjadi kemunduran besar bagi upaya Netanyahu memperbaiki hubungan dengan Riyadh. Israel dan Iran diketahui merupakan musuh abadi sejak lama.