Jelang Babak Road to Grand Final Indonesia’s Got Talent Season 3

Jelang Babak Road to Grand Final Indonesia’s Got Talent Season 3

Tak terasa, ajang Indonesia’s Got Talent (IGT) Season 3 di RCTI semakin mendekati akhir. Sebelum grand final yang akan berlangsung awal Oktober, jajaran Top 10 IGT 3 bakal berlomba memukau juri dan meraih vote lewat aplikasi RCTI+ di babak road to grand final Senin (26/9) malam. Jawa Pos berkesempatan mengobrol dengan jajaran Top 10 Sabtu (24/9) sore di iNews Tower, Jakarta Pusat, tentang performa mereka di babak road to grand final.

PASHEMAN ’90 (GARUT)

Paskibra asal SMKN 2 Garut ini menggabungkan gerakan paskibra, baris-berbaris, kesenian Sunda, dan koreografi ritmis. Terbentuk sejak 1994, penggabungan berbagai gerakan itu mulai diterapkan pada 2014. ”Awalnya fokus di paskibra,” ujar Saddam Maulana, salah satu anggota.

Kekompakan merupakan kunci utama penampilan Pasheman ’90. Selama mengikuti IGT 3, Saddam, Hilman Mujahid, Rofi Kurniawan, dan rekan-rekannya rutin berlatih di parkiran hotel tempat mereka dikarantina. ”Untuk satu penampilan di IGT, kami latihan paling lama satu bulan, paling cepat satu minggu,” ujar Hilman. Di babak road to grand final, Pasheman ’90 akan berkolaborasi dengan grup marching band dengan konsep penampilan ”adu domba” yang enggan mereka paparkan supaya jadi kejutan.

N-LIONS (BOGOR)

Bagi para santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Bogor, taekwondo bukan sekadar bela diri. Ada unsur seni pertunjukan di dalamnya apabila dipadukan dengan musik dan gerakan akrobatik. ”Kami ikut IGT karena mau menunjukkan itu,” ujar Yazid Bastomi, salah seorang anggota.

Berbekal kepiawaian taekwondo, N-Lions mengaku tak butuh waktu lama untuk latihan satu pertunjukan. ”Kami satu minggu full latihan koreografi dan menentukan alurnya. Sebelum tampil kami juga pemanasan bagian kaki biar nggak cedera,” ujar seorang anggota M. Zabarullah. Di road to grand final, N-Lions akan memadukan taekwondo dengan aerobik dan dramatisasi.

CASSIDY LEE (JAKARTA)

Alumnus Jurusan Teknik Mesin Nanyang Technological University, Singapura, itu sudah tampil sebagai pesulap di sepenjuru Asia. ”Panggung IGT atau Indonesia selalu jadi gol buat saya. Ini tanah kelahiran saya,” ujar pesulap yang sudah berkarier selama 14 tahun itu.

Bagi Cassidy, kesertaan di IGT merupakan tribute untuk keluarganya. Sebab, keluarganya mendukung dan merestui pilihan Cassidy berkarier di dunia hiburan alih-alih sesuai jurusan kuliah. Untuk babak road to grand final, penampilan Cassidy masih akan memuat cerita personal. ”Pokoknya cerita tentang hadiah,” kata pria 31 tahun itu.

GERALDINE LAURA VIANNE (SURABAYA)

Pianis cilik berusia 10 tahun ini sudah belajar main piano sejak usianya 4,5 tahun lewat kursus privat. Selain langganan tampil di Surabaya, Laura sudah pernah tampil di Singapura dan AS. ”Main piano itu seru dan selalu bikin aku semangat kalau lagi sedih,” ujar Laura, yang memerlukan waktu dua hari untuk mempersiapkan satu performa di IGT.

Kebahagiaan Laura saat bermain piano merupakan motivasinya. Menurut siswi kelas V Sekolah Gracia Fei Siang Surabaya itu, IGT membantunya agar lebih percaya diri tampil di panggung yang lebih besar di level nasional. Untuk babak road to grand final, Laura bakal berkolaborasi dengan seorang penyanyi Indonesia dan kelompok paduan suara. ”Pokoknya bakal seru dan berbeda,” ucap Laura, yang didukung sepenuhnya oleh pihak sekolah dalam berkompetisi.

AARON NATHANAEL ALWI (JAKARTA)

Di setiap performanya, Aaron selalu bermain sulap sambil bercerita tentang pengalaman hidupnya. Mulai awalnya mengenal sulap, tumbuh, hingga bagaimana sosok sang ayah, Sugijono Alwi, menginspirasinya. ”Penonton bisa dapat hiburan dan inspirasi,” kata pengagum Demian Aditya itu.

Di babak road to grand final, Aaron masih akan memasukkan cerita personalnya. Yakni tentang bagaimana dia memandang sulap. ”Nanti juga bakal ada unsur teatrikalnya,” ujar mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara itu.

FRITZY ROSMERIAN (JAKARTA)

Sebagai pesulap, Fritzy punya persona yang jauh dari kata suram dan serius. Dia playful, ceria, dan menyenangkan. Dandanan dan busana ala schoolgirl juga sesuai dengan usianya yang baru 14 tahun. ”Aku pilih konsep ini supaya penampilanku bisa dinikmati penonton segala umur,” ujar Fritzy, yang juga jago menari dan modeling.

Siswi kelas IX SMP Budi Mulya itu sering menampilkan permainan sulap yang identik dengan dirinya. Misalnya sulap dengan konsep belajar di sekolah hingga sulap bertema boyband BTS. Remaja yang butuh waktu sekitar tiga hari untuk merancang konsep performa di IGT itu akan mengajak para juri bermain suit Jepang dan prediksi di babak road to grand final.

HOLLY BALAY (JAKARTA)

Jika ditanya apakah dia ingin dikenal sebagai pesulap atau komedian, Holly dengan bangga menjawab pesulap. ”Pesulap tersakti di dunia, ha..ha..ha,” katanya kepada Jawa Pos. Atraksi sulap (atau mungkin cocoknya disebut permainan kocak) Holly memang kerap bikin bingung. Apalagi, dia kerap tampil dengan mata melotot yang nggak bikin takut, tapi bikin ketawa.

Konsep komedi sulap, ujar Holly, merupakan adaptasi personalnya. “Saya awalnya belajar jadi stand-up comedian. Pas tampil, saya coba gabungkan komedi ke konsep sulap,” ujar pria 34 tahun itu. Banyaknya materi stand-up comedy yang dipelajari membuat Holly tak kesulitan mencari inspirasi. ”Kalau lihat satu barang, langsung saya dapat ide mau diapain pas di panggung,” ujar Holly, yang bakal mengajak kembarannya memenuhi studio saat babak road to grand final.

WEHUSTLE (JAKARTA)

Perpaduan tari dan pertunjukan musikal yang energik jadi daya tarik grup yang tampil dengan konsep schoolboy ini. ”Seragam SMA itu jadi simbol yang menunjukkan bahwa anak muda berani mencoba. SMA itu kan masa mencari jati diri,” ujar Kevin Putra Lika, salah satu anggota.

Kevin mengatakan bahwa para personel WeHustle punya background tari berbeda. Ada yang hiphop, ada yang breakdance. Dengan menggabungkan tari dan musikal, mereka berharap penonton bisa mendapat sensasi lebih saat menonton. Untuk babak road to grand final, WeHustle bakal bikin penonton terpukau dengan penampilan baru. ”Kata kuncinya, bucin, ha ha,” pungkas Kevin.

ETERNALS (BANDUNG)

Lebih dari sekadar dance cover alias meniru gerakan asli. Itulah yang menjadi prinsip Eternals. Beranggota pemuda usia 17 sampai 22 tahun, penampilan Eternals selalu ditunggu fans K-pop. Mereka menari dengan iringan lagu K-pop dengan perpaduan gerakan orisinal artis aslinya dan gerakan ciptaan mereka.

Fahrul Rohman, salah satu anggota, bercerita bahwa para anggota punya keterampilan menjahit dan jago dandan. Baju yang sudah ada dimodifikasi dan diberi aksesori baru menjelang tampil di IGT. ”Rambut malah dicatnya subuh sebelum tampil, ha ha ha,” tambah Fahrul. Kelompok yang biasanya latihan menari dua hingga tujuh hari ini bakal tampil dengan konsep mencekam dan tengkorak di road to grand final.

1LEGACY (BANDUNG)

Tari kontemporer, yang menjadi basis tim 1Legacy, masih cukup jarang ditampilkan di acara pencarian bakat. Makanya, tim yang terbentuk pada 2020 itu ingin ikut IGT dalam rangka mengenalkan jenis tarian tersebut. ”Kami juga tambahkan aspek storytelling, cerita yang personal dan related ke banyak orang, dalam tarian kami,” ujar Reyno Matthew Samuel Simanjuntak, salah satu anggota.

1Legacy punya dua hal yang menjadi kekuatan mereka selain bakat menari, yakni komitmen dan kesatuan rasa. Komitmen ditunjukkan dengan keinginan para anggota untuk tetap berlatih bersama meski ada yang berada di Bandung dan Jakarta. Lantas, kesatuan rasa dibentuk 1Legacy dengan sesi meditasi bersama dan sesi curhat sebelum tampil. Besok malam 1Legacy akan bercerita tentang pahit-manis perpisahan dan pertemuan lewat tarian mereka.

—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”