Menggali Penyebab Bunuh Diri Menurut Kacamata Sains, Terungkap Sederet Faktor yang Memengaruhi

Menggali Penyebab Bunuh Diri Menurut Kacamata Sains, Terungkap Sederet Faktor yang Memengaruhi

wargasipil.com – Bunuh diri merupakan tindakan yang kompleks dengan berbagai faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Bagi banyak orang, keputusan untuk melakukan tindakan tersebut bukanlah keputusan impulsif, melainkan hasil dari narasi peristiwa atau masalah yang telah mereka hadapi selama beberapa waktu.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat mujarab atau solusi komprehensif guna mengatasi masalah ini. Namun, segala upaya terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengurangi serta mencegah angka bunuh diri . Mulai dari kampanye pemerintah maupun lembaga swadaya.

Dalam penelusuran Pikiran-rakyat.com, orang yang meninggal akibat bunuh diri di seluruh dunia sangat sulit diperkirakan secara akurat. Hal ini karena banyak negara yang saat ini belum memiliki sistem pendataan dan pelaporan yang memadai. Kendati demikian, menurut laporan yang dirilis badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 diperkirakan lebih dari 700.000 jiwa meninggal akibat tindakan bunuh diri setiap tahunnya di seluruh dunia.

Mirisnya, angka tersebut terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Meskipun masih banyak yang harus diteliti soal faktor-faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk bunuh diri , ilmu sains telah menemukan dan melacak sejumlah faktor utama yang dapat menyetir seseorang melakukan tindakan bunuh diri .

Menurut sains, ada tiga faktor utama yang dapat memengaruhi seseorang untuk bunuh diri , pertama adalah faktor biologis. Beberapa penelitian masif, menunjukkan bahwa disharmoni kimia di otak, perubahan genetik, maupun atau ketidakseimbangan hormon dapat dengan cepat membuat mood seseorang meningkatkan risiko bunuh diri .

Jika sudah berada pada tahapan ini, satu atau dua jenis gangguan mental seperti gangguan bipolar dan depresi akan menghampiri dan merobohkan dengan cepat kesadaran hakiki mereka, batas antara kesadaran dan ketidaksadaran menjadi bias.

Kemudian, faktor lainnya seseorang ingin melakukan bunuh diri adalah faktor psikologis yang dapat memainkan peran penting dalam mengemudikan seseorang untuk melakukan tindakan tersebut.

Misalnya begini, seseorang yang mengalami tekanan stres yang tinggi dan tak bisa lagi dikontrol atau mereka yang merasa putus asa, akan menganggap bahwa bunuh diri adalah satu-satunya jalan keluar dari masalah mereka. Faktor ini, menjadi faktor penyumbang terbanyak alasan bagi mereka yang melakukan tindakan bunuh diri .

Agaknya, orang yang mempunyai kesulitan untuk mengatasi emosi negatif, seperti kecemasan dan kesedihan yang mendalam, juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri .

Selain faktor biologis dan psikologis, ada faktor sosial (lingkungan) yang juga dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk bunuh diri . Contohnya, orang yang merasa terisolasi atau tidak memiliki dukungan sosial dapat merasa terpinggirkan, sehingga mereka mudah putus asa untuk bisa kembali bangkit dari kehidupan yang dirasa tidak berpihak kepada mereka, juga dapat mendorong mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri .

Tak hanya itu, kemudahan akses terhadap senjata, atau obat-obatan terlarang bisa memperburuk kondisi seseorang untuk melakukan tindakan ini. Kondisi sosial yang merugikan seperti kemiskinan dan kekerasan juga bisa jadi pemicu orang ingin membunuh dirinya sendiri.

Lebih jauh, sains juga menunjukkan bahwa bunuh diri , sejatinya dapat dicegah dengan intervensi tepat waktu dan program pencegahan yang masif serta efektif.

Ada sejumlah jenis intervensi yang terbukti ampuh, setidaknya mengurangi risiko seseorang untuk bunuh diri , seperti terapi komunikasi aktif bersama keluarga, terapi perilaku kognitif hingga terapi interpersonal. Khusus untuk intervensi pertama, bisa menjadi peluang baru seseorang tersebut, mengenal kembali dirinya.

Program lainnya guna mencegah orang bunuh diri yakni dapat berupa pendidikan dan kesadaran masyarakat terkait tanda-tanda depresi atau masalah kesehatan mental yang menghantuinya selama ini dan kampanye swadaya untuk mengurangi stigma kesehatan mental tersebut.

Misalnya, American Foundation for Suicide Prevention (AFSP) merupakan organisasi swadaya terkemuka yang berfokus dan berkomitmen mengurangi jumlah rasio orang yang melakukan tindakan bunuh diri dengan meningkatkan kualitas pemulihan kesehatan mental.

Garis besarnya, meski masih banyak yang perlu dipelajari soal fenomena bunuh diri , sains telah memberikan kontribusi pandangan yang cukup penting dan dinamis tentang faktor-faktor yang menjadi sebab musabab keputusan seseorang untuk bunuh diri .

Sebagai catatan, penting diingat bahwa tindakan bunuh diri tidak menyelesaikan masalah dan hanya memindahkan rasa sakit ‘abadi’ itu dari orang yang bunuh diri ke orang-orang yang mereka tinggalkan dan cintai.***