Kemendikbud: Jangan samakan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional

Warga Sipil – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Iwan Syahril mengajak para pendidik untuk mengubah paradigma negatif soal Program Asesmen Nasional (AN).”Paradigmanya dilihat, jangan samakan AN dengan UN (Ujian Nasional),” katanya dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.Iwan menegaskan AN bukanlah program pengganti UN. Menurutnya, masih banyak pendidik yang salah kaprah terkait hal tersebut.Dia mengatakan penerapan AN hanya mengubah paradigma pembelajaran yang sebelumnya hanya terfokus kepada hafalan mata pelajaran tertentu menjelang UN, menjadi fokus kepada kompetensi literasi, numerasi, dan karakter, peserta didik.Dia menyebutkan ketiga kompetensi tersebut merupakan kompetensi lintas disiplin, yang dapat membantu para peserta didik untuk menganalisis sebuah permasalahan, berpikir kritis, dan memecahkan masalah dari analisa yang dibentuk.

Dengan pemenuhan ketiga kompetensi tersebut, menurutnya, dapat memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nasional dengan menjadi pembelajar sepanjang hayat.”Ketika negara tidak memiliki SDM yang belajar secara terus menerus, maka itu akan menjadi bahaya nasional,” ujarnya.Menurutnya, zaman yang sulit akan menuntut SDM untuk dapat berpindah dari satu bidang ke bidang lainnya, sehingga diperlukan peningkatan kemampuan, pembaruan kemampuan, dan pembelajaran yang tidak berhenti.Oleh karena itu, kata dia, Asesmen Nasional yang memiliki tiga instrumen utama yang terdiri atas Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar, dapat memperbaiki sistem pendidikan dengan tidak membebani peserta didik.”Tujuannya agar kita dapat melihat hasil proses pendidikandan menjadi cermin kita untuk perbaikan ekosistem dan diferensiasi pendidikan di satu daerah ke daerah lain,” tuturnya.