7 Tanda Ini Buktikan Kamu Terjebak dalam Pertemanan Toxic

7 Tanda Ini Buktikan Kamu Terjebak dalam Pertemanan Toxic

wargasipil.com – Selain hubungan asmara, jalinan pertemanan dapat berakhir dengan toxic karena berbagai alasan yang bisa diketahui tanda-tandanya.

Pertemanan toxic sebaiknya tidak dilanjutkan lantaran salah satu orang dimanfaatkan secara emosional supaya keinginan temannya terwujud.

Mereka yang terjebak dalam pertemanan seperti itu hanyalah diperdaya tanpa mendapat imbalan yang sepadan, bahkan tidak dibantu ketika mengalami kesusahan.

Orang yang menjadi korban pertemanan beracun pada akhirnya mengalami stres, frustrasi, depresi, bahkan lelah secara mental dan pikiran.

Tanda-tanda pertemanan toxic

Tidak ada satu pun orang yang mau berteman dengan orang toxic karena ujung-ujungnya mereka terus-menerus diperas.

Supaya terhindar dari situasi yang demikian, ketahui dulu tanda-tanda pertemanan toxic menurut terapis Karina Aybar-Jacobs yang berikut ini.

1. Teman selalu menginginkan sesuatu

Aybar-Jacobs mengatakan bahwa orang yang toxic selalu membutuhkan temannya namun mereka enggan memberikan balasan.

Mereka yang beracun kerap meminta bantuan dan berharap temannya selalu berada di sampingnya ketika kesulitan -tapi jasa orang terdekatnya tidak akan diingat.

Si beracun kemungkinan juga menyimpan hal-hal yang mereka lakukan dan memanfaatkannya untuk melawan teman yang selama ini membantu.

2. Menjerat teman

Setiap orang pastinya pernah mengalami kesulitan dalam berbagai bentuk di kehidupan sehari-hari, tapi orang yang toxic biasanya menghindar dengan memanfaatkan teman.

Mereka awalnya meminta bantuan dari temannya, tapi yang terjadi adalah si toxic menjerat temannya supaya melakukan sesuatu atau menghabiskan waktu bersama.

Aybar-Jacobs menyampaikan, orang yang toxic ujung-ujungnya membuat temannya merasa bersalah jika tidak menuruti keinginan mereka.

3. Tidak mau menghargai

Adalah hal yang lumrah dalam pertemanan apabila satu sama lain saling menghargai -terutama ketika seseorang mengalami kesusahan.

Namun, si beracun dapat memaksa temannya untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang pada akhirnya merugikan.

Contohnya adalah memaksa teman untuk menceritakan sesuatu yang seharusnya tidak dibagikan atau melakukan kebiasaan yang buruk.

4. Tidak menghargai batasan

Menetapkan batasan dengan orang lain menjadi hal yang cukup sulit, terlebih ketika berhadapan dengan orang yang toxic.

Pasalnya, orang yang toxic dapat menyusun skenario agar teman mereka merasa bersalah karena tidak mau menuruti keinginannya.

5. Tidak bertanggung jawab

Tanda pertemanan yang tidak sehat dapat diketahui apabila teman tidak mau bertanggung jawab, meminta maaf, atau menyesali perbuatannya saat melakukan kesalahan.

Hal ini menunjukkan bahwa pertemanan toksik sebaiknya diakhiri karena membuat teman yang menjadi korban berujung pada sakit hati.

6. Memunculkan perasaan bersalah

Aybar-Jacobs mengatakan bahwa orang yang beracun kemungkinan besar akan cemburu dan posesif jika temannya bergaul dengan orang lain.

Tak heran jika si beracun menjadi posesif bahkan cemburu jika temannya nongkrong atau melakukan sesuatu dengan orang lain.

Dalam hal ini, orang yang toxic bisa memberi tahu bahwa temannya tidak pernah ada untuknya karena sudah menghabiskan waktu dengan orang lain.

7. Mengabaikan pertemanan yang baik

Sering kali dalam pertemanan yang beracun, si toxic mengabaikan bantuan dari orang di sekitarnya yang diberikan kepada mereka.

Namun, si toxic tetap membuat temannya seolah-olah memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan.

Untuk masalah yang satu ini, Aybar-Jacobs menyarankan supaya orang yang terjebak dalam pertemanan toxic meminta bantuan.

Mereka dapat berkonsultasi dengan orang yang dapat dipercaya, seperti keluarga, teman yang lain, atau konselor.

Cara menghadapi pertemanan toxic

Orang yang telanjur dijebak oleh teman yang toxic diminta Aybar-Jacobs untuk segera membangun kepercayaan diri dalam menetapkan batasan dengan mereka.

Hal ini bisa dilakukan ketika orang yang menjadi korban dalam pertemanan toxic terus-menerus menanyakan siapa dirinya dan merasa tidak dihargai.

Itulah saat bagi mereka untuk mengevaluasi seperti apa pertemanan yang sehat dan tidak sehat yang membantunya untuk pergi dari jeratan si toxic.

Salah satu cara untuk menghadapi pertemanan toxic adalah memberi tahu si beracun bahwa perilakunya sangat mengganggu.

Walau mereka kemungkinan akan mencari akal supaya temannya merasa bersalah, ungkapkan secara jujur tanpa terlalu menyerang.

Jika si toxic terus memainkan perannya sebagai orang yang paling disakiti, inilah waktu yang tepat untuk meninggalkan mereka.