wargasipil.com – Salah satu mantan tim asal South America yaitu SG Esports baru-baru ini secara mengejutkan meng-spill salah satu pelaksana DPC tahun ini untuk region SA yaitu 4D Esports. Event organizer ini padahal sudah sangat sering menjadi pelaksana event-event bergengsi regional SA. 4D Esports sampai sekarang masih belum memberikan uang tersebut, padahal DPC musim depan sudah hampir dimulai. Bisa kita lihat bahwa open qualifiers sudah hampir dilaksanakan di semua regional termasuk Western Europe, South East Asia dan China.
SG Esports sebelumnya dikenal sebagai salah satu tim terkuat di Amerika Selatan, karena menjadi tim Amerika Selatan pertama yang tampil di turnamen besar seperti Major dan The International. Namun, menyusul perjalanan DPC 2021/2022 yang mengecewakan di wilayah SA, organisasi telah mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan semua operasinya untuk kedua kalinya, dengan yang pertama pada akhir 2019.
Selama masa “tenang” pra DPC musim depan, SG Esports mengumumkan di Twitter bahwa mereka akan menghentikan semua operasi di industri esports sebagai akibat dari performa dan hasil yang sangat mengecewakan di DPC Amerika Selatan. Namun, dua minggu lalu SG Esports me-mention penyelenggara turnamen Amerika Selatan 4D Esports mengenai penundaan pembayaran hadiah uang untuk putaran ketiga DPC.
Menanggapi tuduhan tersebut, 4D Esports menanggapi di Twitter dengan meminta maaf kepada para tim yang masih terjegal masalah pembayaran atas keadaan tersebut dan berjanji akan membayar semua tim paling lambat 9 Desember.
Penyelenggara tidak dapat memenuhi janjinya tepat waktu, memaksa SG Esports untuk sekali lagi memanggil penyelenggara turnamen atas kegagalannya tidak membayar hadiah tersebut. Namun kali ini, SG Esports juga mengikut sertakan sang pengembang Dota 2 yaitu Valve karena kecerobohan dan kurangnya komunikasi terkait masalah tersebut.
SG Esports menyatakan bahwa situasi keuangannya saat ini sangat kritis, karena organisasi tersebut harus meminjam uang dari bank lokal untuk membayar pemain dan tagihan organisasinya. Meskipun hal ini baru pertama kali terjadi di scene kompetitif Dota, tetapi pemain dihadapkan dengan permasalahan ini. Valve akhir-akhir ini bahkan lebih sering “mengurusi” pemain-pemainnnya ketimbang beberapa waktu lalu, tetapi permasalahan semacam ini masih luput dari pengawasann mereka.
Kasus terakhir tentang gagalnya pembayaran ke pemain dan caster serta talent adalah GESC (Global Electronic Sports Championship), yang digugat oleh Valve pada tahun 2019 karena kegagalan mereka membayar gaji $750rb. Stay grind, stay green!
Ikuti terus info terbaru seputar Dota2 dan berita esports terlengkap di Ligagame! Kunjungi Instagram dan Youtube Ligagame.tv yang selalu update dan kekinian!
Sempurna! Indonesia Juara Dota2 IESF World Esports Championship 2022