Harga Beras Melejit, BPS Ungkap Biang Keroknya

Harga Beras Melejit, BPS Ungkap Biang Keroknya

wargasipil.com – Badan Pusat Statistik ( BPS ) mengungkap pada November 2022 harga beras masih naik. Rupanya kenaikan ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga berkurangnya produksi beras.

Berdasarkan data BPS, pada November 2022 harga beras dibanderol Rp 11.877 per kilogram (kg) atau naik tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 11.837 per kg.

Namun kenaikan ini lebih landai dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang naik signifikan. Harga beras pada Agustus 2022 sebesar Rp 11.555 per kg lalu naik jadi Rp 11.720 pada September 2022 dan menjadi Rp 11.837 per kg pada Oktober 2022.

Dengan perlambatan kenaikan harga beras itu, inflasi beras pun berhasil ditekan di November menjadi ke 0,37 persen dari Oktober 2022 sebesar 1,13 persen dan September 2022 sebesar 1,44 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan beberapa hal yang menjadi faktor kenaikan harga beras seperti yang dirangkum Kompas.com, yaitu:

1. Kenaikan harga BBM

Dia bilang, kenaikan harga BBM pada awal September 2022 berdampak pada harga tanaman pangan, termasuk beras.

Pasalnya, ongkos produksi seperti tarif transportasi, angkut upah buruh, panen, tanam, dan bajak turut mengalami kenaikan sehingga menyebabkan harga gabah naik.

“Terkait dengan kenaikan harga yang diduga sebagai second round effect dari BBM ini ada terjadi pada tanaman pangan,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (1/12/2022).

Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa kenaikan harga tanaman pangan bisa jadi karena efek musiman. Namun yang jelas, jika dibandingkan dengan November 2021 saat harga BBM belum naik, harga tanaman pangan belum mengalami kenaikan.

“2021 belum ada kenaikan harga BBM sehingga kita duga, dugaan awal kami bahwa ini merupakan second round effect BBM di pertanian,” ucapnya.

Adapun selama November 2022, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan mengalami kenaikan dibandingkan November 2021.

Rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp 5.397 per kg atau naik 16,06 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.523 per kg atau naik 16,21 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada November 2021.


Rata-rata harga GKG di tingkat petani sebesar Rp 5.785 per kg atau naik 14,32 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.900 per kg atau naik 14,06 persen.

Kenaikan GKP dan GKG itu mengerek harga beras di penggilingan. Adapun pada November 2022 rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp 10.512 per kg, naik 10,19 persen dibandingkan November 2021.

Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp 10.122 per kg atau naik sebesar 11,58 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp 9.542 per kg atau naik sebesar 9,54 persen.

2. Produksi turun

Setianto menyebut, produksi beras nasional di Kuartal IV 2022 khususnya Desember 2022 tengah mengalami penurunan sehingga menyebabkan harga beras naik .

“Terjadi penurunan produksi di bulan Desember, jadi akibatnya perlu dipertimbangkan atau terjadi mungkin shortage untuk stok beras secara nasional,” ungkapnya.

3. Adanya Natal dan tahun baru (Nataru)

Dia mengatakan, adanya Naturu pada akhir tahun ini turut menyumbang kenaikan harga beras. Pasalnya, hal ini menyebabkan pedagang mengantisipasi naiknya permintaan akan beras menjelang Nataru.

Terlebih, dengan adanya penurunan produksi beras di Kuartal IV 2022 tadi membuat dari sisi pedagang mengantisipasi kurangnya pasokan beras.

“Kenaikan harga dari sisi pedagang, ini dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya pasokan dan naiknya permintaan akhir tahun atau Nataru,” tuturnya.