Rabu, 20 Juli 2022 – 09:19 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kedua dari kiri) bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) saat mendampingi Kunker Presiden di Balai Besar Padi di Subang, 12 Juli, 2022. Foto: Humas Badan Pangan Nasional
jpnn.com, JAKARTA – Mengantisipasi potensi kenaikan harga gandum dunia yang dapat berpengaruh pada kenaikan harga pangan dalam negeri seperti roti dan mi, Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) melakukan upaya mitigasi salah satunya dengan mendorong penganekaragaman konsumsi pangan.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menjelaskan kenaikan harga gandum yang dapat mengakibatkan naiknya harga mi dan roti di dalam negeri merupakan alarm peringatan untuk memperkuat kembali komitmen penganekaragaman konsumsi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal.
Saat ini sumber pangan lokal sudah tersedia di mana-mana, bahkan aneka olahan pangan sudah banyak dijual baik melalui onsite maupun online.
“Kita perlu mendorong masyarakat untuk mengonsumsi olahan pangan lokal tersebut. Sangat disayangkan apabila produk pangan lokal tidak terserap, sudah diolah dan tersedia tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Aneka pangan lokal baik juga bagi kesehatan, karena minim gluten,” ujarnya di Kantor NFA, Jakarta, Rabu (20/7).
Untuk percepatan penyerapan, menurutnya, diperlukan penguatan sektor hilir agar berbagai produk pangan lokal alternatif tersebut mampu diserap secara optimal dan memberikan kebermanfaatan ekonomi bagi para penggeraknya.
“Dukungan pola konsumsi dan bisnis sangat diperlukan, melalui saluran distribusi dan fasilitasi bagi pengembangan produk pangan baru. Untuk itu, NFA mendorong pelaku usaha baik BUMN Perum Bulog dan Holding Pangan ID FOOD, serta sektor swasta melakukan sinergi peningkatan pendistribusian dan penjualan produk pangan lokal alternatif,” ungkapnya.
Arief mengatakan substitusi seperti inilah yang perlu terus dilakukan, sehingga bukan hanya menjaga ketersediaan bahan pangan, melainkan juga menghemat devisa negara.
“Jika kita bisa melakukan substitusi pangan yang berbahan baku gandum seperti terigu menjadi tepung beras dan singkong sebanyak 10% saja, itu telah sama dengan saving 2,4 triliun rupiah per tahun. Selain itu, dengan adanya substitusi tersebut, perekonomian domestik juga akan terus bergerak sehingga industri pengolahan pangan lokal bisa terus berkembang,” katanya.
Badan Pangan Nasional mendorong penganekaragaman konsumsi pangan untuk mengantisipasi potensi kenaikan harga gandum dunia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News
Artikel ini bersumber dari www.jpnn.com.