Wacana Zero ODOL – MyPertamina, Sopir Truk Berteriak: Kami Tidak Pernah Memperkaya Diri

Wacana Zero ODOL – MyPertamina, Sopir Truk Berteriak: Kami Tidak Pernah Memperkaya Diri

Wacana Zero ODOL – MyPertamina, Sopir Truk Berteriak: Kami Tidak Pernah Memperkaya Diri

Puluhan truk massa aksi ODOL saat tiba di depan Kantor Dishub Jatim. Foto: Ardini Pramitha/JPNN.com

jatim.jpnn.com, JAKARTA – Sopir truk terus berjuang menolak kebijakan zero over dimension overload (ODOL) pemerintah.

Para sopir truk tersebut menganggap selama ini selalu ditekan oleh kebijakan-kebijakan yang tidak adil dan mengusik mata pencaharian mereka.

Penanggung Jawab Aliansi Perjuangan Pengemudi Nusantara (APPN) Princes Asami Athena mengutarakan sopir kerap disebut-sebut sebagai ujung tombak logistik negara ini.

“Kok, kami merasa jadi sebagai pihak yang tertombak oleh peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah yang tidak bisa kami lakukan, termasuk peraturan Zero ODOL,” katanya.

Dia mengatakan pada dasarnya semua sopir logistik adalah orang-orang yang propemerintah, termasuk APPN.

Namun, dalam hal ini, para driver juga tidak mau kalau peraturan tersebut sampai mengusik mata pencaharian mereka.

“Aturan-aturan yang bagaimana yang harus mereka (pemerintah) berikan juga harus memerhatikan kehidupan kami para sopir. Minimal harus ada tenggang rasa terhadap kami ini,” ucap Inces, sapaan akrabnya di kalangan para sopir truk.

Dia mempertanyakan tanggung jawab pemerintah terhadap dampak yang ditimbulkan kebijakan Zero ODOL terhadap ekonomi keluarga sopir truk di Indonesia.

“Pemerintah harus tahu bahwa masing-masing driver logistik itu rata-rata harus menghidupi beberapa orang di rumahnya, bisa 5-7 orang. Jadi, kebutuhan kami itu terus meningkat,” tuturnya.

Namun aturan Zero ODOL, lanjut Inces, seakan menjadi bumerang untuk para sopir logistik.

“Kalau memang betul mereka mau membuatkan aturan, ayo duduk bersama biar kami juga bisa melihat sisi baiknya bagaimana. Namun, ya jangan sampai risiko-risiko itu berbentur kembali dan menjadi bumerang untuk kami juga,” ujarnya.

Dia mencontohkan seperti pemotongan truk yang biayanya harus ditanggung juga oleh para driver.

“Mobil kami sudah dipotong. Penggantian biaya kami belum pasti dari siapa. Ini kan namanya bumerang buat kami,” katanya.

Soal safety riding yang disebut-sebut sebagai salah satu alasan pemerintah untuk menerapkan kebijakan Zero ODOL, Inces menilai yang paling mengerti di lapangan soal itu ialah para sopir logistik.

“Kami ini orang yang paling mengerti aturan safety riding itu seperti apa. Tidak ada istilahnya driver itu mau terjadi laka (kecelakaan) atau trouble,” ujarnya.

Sopir truk mengecam kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro dengan nasib mereka. Begini selengkapnya.

Artikel ini bersumber dari jatim.jpnn.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *