ULM Kirim 170 Mahasiswa Bantu Kemandirian Ekonomi Pesantren

ULM Kirim 170 Mahasiswa Bantu Kemandirian Ekonomi Pesantren

Minggu, 11 September 2022 – 14:20 WIB

VIVA Edukasi – Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin mengirimkan 170 mahasiswa untuk membantu kemandirian ekonomi pondok pesantren melalui Program Adaro Santri Sejahtera (PASS) yang merupakan program turunan dari matching fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

“Alhamdulilah tahun 2022 ini kembali ULM bekerja sama dengan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) melaksanakan skema matching fund menyasar pondok pesantren,” kata Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Humas ULM Prof Yudi Firmanul Arifin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (10/9).

Para mahasiswa dari berbagai program studi lintas fakultas itu berada di pondok pesantren selama empat bulan sebagai implementasi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Pelepasan dan pembekalan mahasiswa ULM Program Adaro Santri Sejahtera

Mereka dituntut berinovasi untuk memberikan perubahan positif di lingkungan pesantren untuk kemajuan khususnya bidang ekonomi dengan mendorong para santri sebagai motor penggeraknya.

Diakui Yudi, meloloskan proposal untuk program matching fund di Kemendikbudristek sebagai wujud penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara perguruan tinggi dengan pihak industri itu tidaklah mudah.

Untuk itulah, dia meminta mahasiswa yang sudah terpilih untuk benar-benar bisa memanfaatkan kesempatan emas ini agar menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai akademisi yang memberikan ilmu pengetahuan dan inspirasi bagi para santri.

Pondok Pesantren Terpadu Al Kahfi

Pondok Pesantren Terpadu Al Kahfi

“Minimal dapat memberikan dampak yang luas bagi pengembangan unit usaha pesantren,” ujar Yudi selaku Ketua Progam Matching Fund Kedaireka Program Adaro Santri Sejahtera.

Sementara Direktur Adaro Foundation Okty Damayanti saat pelepasan dan pembekalan berpesan kepada mahasiswa agar benar-benar menjadi bagian penting dari elemen yang akan melakukan perubahan di pesantren.

“Jadi bukan sekadar berkunjung ataupun semacam magang, namun punya inisiatif dan melihat peluang di lapangan untuk mengonversikannya menjadi sesuatu yang konkret,” ujarnya.

Okty menekankan pula langkah mahasiswa harus dengan semangat menjadikan pondok pesantren semakin sejahtera tanpa mengurangi nilai-nilai budaya dan agama yang selama ini dijunjung oleh para santri.

Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.