Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Reisa Broto Asmoro mengingatkan masyarakat waspada terkait kehadiran varian baru Covid-19 yang terus bermunculan.
Salah satu mutasi yang telah mendominasi infeksi di Indonesia adalah sub varian BA.4 dan BA.5. Kemudian pada 18 Juli 2022, muncul sub varian Omicron yang baru yakni B.2.75.
Baca juga: Sebaran Kasus Covid-19 5 Agustus 2022: Tembus 5.929 Kasus, DKI Jakarta Masih Tertinggi
Reisa mengingatkan jika mutasi yang terjadi pada virus SARS-CoV-2 merupakan suatu kejadian yang alami.
Sifat virus yang menggunakan manusia sebagai inang untuk memperbanyak diri kerap menghasilkan kesalahan dalam pengkopian kode genetik.
“Sehingga seringkali muncul varian atau sub varian baru. Varian yang meningkatkan risiko penularan, keparahan penyakit, kematian atau memengaruhi efektifitas vaksin, maka akan jadi Varian of Concern (VOC). Sub varian tersebut (BA.4 dan BA.5) pun termasuk,” ungkapnya, Jumat (5/8/2022).
Di sisi lain, perbedaan yang muncul pada varian ini menurut Reisa perlu dicermati. Hal ini dikarenakan karakteristik yang berbeda. Pada sub varian Alpha misalnya, risiko penularan cukup tinggi. Tetapi keparahan penyakit lebih ringan dibandingkan Delta.
Namun risiko reinfeksi lebih rendah. Sedangkan pada varian Omicron sifatnya lebih menular dari pada varian Alpha dan Delta. Tetapi gejala yang muncul umumnya lebih ringan dari sebelumnya.
Meski begitu, reinfeksi atau penularan kembali jauh lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.
Baca juga: Korea Utara Klaim Nol Covid-19 tapi Tidak Mau Sombong dan akan Pertahankan Kebijakan Anti-Epidemi
“Nah ini lah yang harus diwaspadai. Apa lagi terkait fakta terjadi kenaikan gelombang Covid-19 setiap varian baru muncul dan mendominasi,” tegas Reisa.
Secara historis, kasus positif dan aktif terjadi peningkatan setelah dua sampai empat minggu pasca identifikasi varian baru muncul di Indonesia.
Reisa pun meminta masyarakat untuk mampu menilai risiko aktivitas di tengah masyarakat.
Baca juga: Kapan Masyarakat Umum Dapat Vaksin Booster Kedua? Ini Penjelasan Jubir Covid-19
“Apa lagi mendapati diri dalam kerumunan, sirkulasi udara tidak baik. Ditambah belum mengetahui pasti kesehatan orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Maka perlu diperketat 3M,” kata Reisa lagi.
Masyarakat, menurut Reisa sudah harus tahu berdapatasi dalam situasi ini. Penilaian risiko dalam kehidupan sehati-hari akan menentukan hasil dalam menjaga kesehatan.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.