Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Indeks inflasi tahunan di Amerika Serikat kembali mencatatkan kenaikan dengan melonjak 9,1 persen di bulan Juni 2022. Lonjakan inflasi tersebut memicu indeks pasar bursa Wall Street ditutup melemah pada sesi perdagangan Rabu (13/7/2022).
Lonjakan inflasi AS ke level tertinggi sejak 1981 juga telah membuat berbagai harga kebutuhan pokok di AS melonjak tajam, khususnya pada komoditi bahan bakar minyak hingga pangan.
Hal inilah yang memicu kekhawatiran investor akan adanya langkah ekstrem, yang akan diambil The Fed pada pertemuan di tanggal 27 Juli mendatang.
Lonjakan inflasi sebenarnya sudah mulai terlihat pada akhir Mei lalu, ketika harga pangan dan energi yang dijual dipasar global mengalami lonjakan harga.
Kondisi inilah yang membuat angka inflasi di AS pada bulan Juni naik 1,3 persen, hingga mengantarkan angka inflasi tahunan Amerika melesat di 9,1 persen.
Mengantisipasi munculnya kerugian yang kian mendalam membuat para investor memperketat pergerakan pasar saham hingga sejumlah bursa di pasar Wall street ikut memerahkan rapotnya.
Baca juga: Amerika Serikat Sedang Masuki Resesi Ringan, Ini Tanda-tandanya
Pada perdagangan Rabu, indeks saham Dow Jones Industrial Average anjlok 0,67 persen, sementara S&P 500 melemah 17,02 poin atau sekitar 0,45 persen.
Mengutip dari Reuters penurunan indeks S&P 500 didukung oleh amblesnya 9 sektor industri dan layanan komunikasi yang ada dalam indeks bursa tersebut.
Kondisi serupa juga dialami Nasdaq Composite yang nilainya turun sebanyak 0,15 persen.
Baca juga: Inflasi AS Melonjak 9,1 Persen pada Juni, Level Tertinggi dalam 40 Terakhir
Kondisi saham AS yang tengah lesu tampaknya berbanding terbalik dengan sejumlah indeks saham Asia Pasifik, seperti indeks MSCI yang ditutup naik 0,43 persen, kondisi serupa juga dialami Nikkei Jepang yang melesat sekitar 0,54 pesen.
“Pelemahan tajam harga minyak pada Juli menunjukkan bahwa (inflasi) Juni mungkin menandai puncaknya. Demikian, The Fed dapat menaikan suku bunga 75 bps pada 27 Juli,” kata analis di ANZ.
Baca juga: Inflasi Meningkat, IMF Pangkas Pertumbuhan Amerika Serikat Jadi 2,3 Persen pada 2022
Para analis memprediksi nantinya apabila angka inflasi di AS terus bertambah selama beberapa bulan kedepan, tepatnya setelah data pengangguran dan indeks harga produksi di AS dirilis, maka kemungkinan besar sejumlah saham Wall Street akan akan kembali menunjukan kelemahannya
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.