Gerakan Sumsel Mandiri Pangan Ikut Berperan Turunan Angka Kemiskinan Sumatera Selatan

Gerakan Sumsel Mandiri Pangan Ikut Berperan Turunan Angka Kemiskinan Sumatera Selatan

Gerakan Sumsel Mandiri Pangan Ikut Berperan Turunan Angka Kemiskinan Sumatera Selatan

 TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG – Angka kemiskinan di Sumatera Selatan turun sebesar 0,94 persen dari 12,84 persen menjadi 11,90 persen berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan, Jumat (15/5/2022). 

Penduduk miskin Sumsel saat ini mencapai 69,07 ribu orang dengan penduduk miskin yang turun dari 1.113,76 ribu menjadi 1.044,69 ribu orang.

Kondisi ini jauh berbeda dengan  rilis BPS sebelumnya pada September 2021, angka kemiskinan Maret 2022 Sumsel juga turun sebesar 0,89 persen poin dari 12,79 persen menjadi 11,90 persen.

Sedangkan jumlah penduduk miskin  turun sebanyak 71,92 ribu orang dari 1.116,61 rubu orang menjadi 1.044,69 ribu orang.

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2021 sebesar 12,36 persen turun menjadi 11,99 persen pada September 2021 dan turun menjadi 11,23 persen pada Maret 2022.

Baca juga: BPS: Penduduk Miskin Indonesia 26,50 Juta Orang

Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,12 persen pada Maret 2021 menjadi 13,28 persen pada September 2021 dan turun menjadi 12,31 persen pada Maret 2022.

Menurunnya angka kemisinan ini pula didasari oleh Peranan kelompok makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan kelompok bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). 

Baca juga: Penduduk Miskin di Jawa Tengah Bertambah Jadi 4,1 Juta Jiwa pada 2021

Kepala BPS Sumsel, Ir. Zulkipli, M.Si dalam rilisnya menjelaskan Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) Maret 2022 tercatat sebesar 74,34 naik jika dibandingkan kondisi September 2021 sebesar 74,16 persen, dan turun jika dibandingkan kondisi Maret 2021 yang sebesar 74,45 persen.

“Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, cabe merah, roti, bawang merah, dan kopi bubuk & kopi instan (sachet), Sedangkan komoditas bukan makanan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perawatan kulit, muka, kuku, rambut, dan perlengkapan mandi,” jelasnya.

Baca juga: Bappenas: Penduduk Miskin Naik 1,63 Juta Orang Akibat Pandemi Covid-19

Pada periode Maret 2021 sampai Maret 2022, maupun periode September 2021 sampai Maret 2022, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama mengalami penurunan.

Zulkipli menuturkan, penurunan angka kemiskinan di Sumsel itu juga didukung oleh berbagai fenomena yang terjadi pada beberapa aspek.

Diantaranya, Indikator Ekonomi hingga Triwulan 1 Tahun 2022 menunjukan arah pemulihan, dimulai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, inflasi, ekspor, impor, Nilai Tukar Petani (NTP), porduksi padi (GKG), produksi hortikultura, produksi karet, Tingkat Penghuni Kamar (TPK), konsumsi rumah tangga Triwulan 1 tabun 2022, serta menurunnya tingat  pegangguran pada Februari 2022.

Dia menyebutkan, melalui GSMP menjadikan masyarakat memiliki kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi keluarga melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan.

“Terdapat juga poin yang mencatat bahwa Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang digagas Gubernur Sumsel H. Herman Deru memberkan dampak yang positif terhadap turunnya angka kemiskinan di Sumsel,” paparanya.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *