Warga Sipil – Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Edistasius Endi menyebut Festival Golo Koe di Labuan Bajo menjadi momen pariwisata inklusif di destinasi super prioritas tersebut.
“Ukuran kesuksesan pariwisata bukan terlihat dari banyaknya wisatawan atau hingar bingar industri pariwisata, melainkan keterlibatan masyarakat lokal menjadi subyek seluruh perhelatan kepariwisataan,” kata Edistasius Endi dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Kamis malam.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat telah terlibat dalam pembukaan Festival Golo Koe di Labuan Bajo yang diinisiasi oleh Keuskupan Ruteng hari ini.
Bupati Edi menilai kehadiran festival yang menjadi kegiatan tahunan itu harus digarisbawahi sebagai momen pariwisata inklusif yang mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dan berkembang.
Festival yang berlangsung mulai tanggal 10 Agustus sampai 15 Agustus 2023 itu tidak hanya melibatkan umat dari Labuan Bajo, melainkan umat dari paroki yang ada di wilayah Manggarai dan Manggarai Timur.
Oleh karena itu, Bupati Edi mengajak masyarakat pada tiga Manggarai Raya itu untuk terlibat aktif dan menjadi subyek dalam kegiatan pariwisata Labuan Bajo.
“Di tengah kemajuan pariwisata yang ada di Labuan Bajo, jangan pernah rela kita menjadi penonton atau hanya menjadi obyek di tengah kemajuan pariwisata. Kini jadi momen luar biasa agar terwujud kesejahteraan dan kemajuan,” kata Edistasius.
Lebih lanjut ia berharap Festival Golo Koe membawa perspektif rohani sebagaimana tokoh sentral Bunda Maria yang penuh cinta dan kasih.
“Ini selaras dan bertepatan dengan momen hari ulang tahun Indonesia sehingga kita jadikan momen ini untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di wilayah ini,” ucapnya tegas.
Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat menjelaskan motif penyelenggaraan Festival Golo Koe di Labuan Bajo agar umat tidak hanya menjadi penonton dari gebyar-nya pariwisata Labuan Bajo.
Festival itu menjadi bentuk partisipasi gereja bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendorong umat di tiap paroki dan orang muda untuk mulai menciptakan lapangan kerja yang akan membuka akses ke pariwisata.
“Kita ambil bagian aktif tentu dalam kapasitas kita masing-masing,” katanya menandaskan.
Festival yang dilaksanakan selama lima hari itu diisi dengan berbagai pameran UMKM, pertunjukan musik, pagelaran budaya, perarakan patung, dan ditutup dengan misa akbar.