Epiphyllum atau yang dikenal bunga wijayakusuma memiliki keindahan yang sulit dijelaskan bagi pencintanya. Tidak sekadar menanam, mereka juga seolah memiliki kedekatan khusus terhadap tanaman golongan kaktus anggrek tersebut.
—
MUHAMMAD Aminurul Iksan terus mengabadikan setiap momen pertumbuhan tanaman wijayakusuma di rumahnya. Mulai pembibitan, penanaman, hingga berbunga. Setiap perkembangan wijayakusuma dia posting ke media sosial. Rasanya, ada kebanggaan ketika momen berbunga dari tanaman wijayakusuma terabadikan.
”Tanaman ini unik. Tidak bisa ditebak kapan berbunga. Apalagi, berbunganya hanya pada malam hari,” ungkap Iksan saat ditemui di rumahnya di Perumahan Sentra Point, Kecamatan Gunung Anyar, Sabtu (6/8).
Karena itu, wijayakusuma juga dikenal sebagai Ratu Malam atau Queen of the Night. Tanaman tersebut hanya berbunga pada malam hari. Itu pun hanya bertahan satu hari. Momen berbunga yang langka itu membuat para pencintanya selalu mengabadikan lewat foto.
”Saking menunggu momen berbunga, tanamannya saya bawa ke dalam rumah. Supaya pas mekar, bisa tahu dan difoto,” ujar staf di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut.
Kencintaannya pada wijayakusuma muncul sejak kecil. Di kampung halamannya, tanaman wijayakusuma hampir menguasai halaman rumah. Iksan juga membudidayakannya, lalu membagikan bunga tersebut kepada teman-teman dan rekan-rekan di tempat kerjanya.
”Saya suka budi daya tanaman ini. Sudah banyak juga yang saya kasih ke teman di kantor,” kata dia.
Iksan menyatakan, wijayakusuma memiliki banyak mitos yang dipercaya masyarakat. Awalnya, Epiphyllum merupakan tanaman yang kerap ada di keraton. Banyak juga kiai yang menanam wijayakusuma di halaman rumah.
”Seperti di Pamekasan, tempat kampung saya. Kalau main ke rumah kiai, pasti ada tanaman wijayakusuma yang ditanam di tanah. Usianya sampai puluhan tahun,” ujarnya.
Bahkan, ada banyak kepercayaan tentang bunga wijayakusuma yang diyakini sebagian masyarakat. Salah satunya dijauhkan dari sifat buruk. Bahkan, ada yang menjadikan tanaman tersebut sebagai pengobatan.
”Itu kepercayaan. Saya memang suka tanaman saja,” katanya, lantas terkekeh.
Ada dua jenis tanaman wijayakusuma. Yakni, jenis tanaman yang digantung dan ditanam di tanah. Keduanya memiliki karakteristik sendiri. Wijayakusuma yang ditanam di tanah punya daun yang lebih besar. Lebarnya bisa sampai 10 sentimeter. Panjangnya sampai 1,5 meter. Jika berbunga, diameternya bisa sampai 10 sentimeter. ”Lebih lebar semua,” katanya.
Sementara, jenis tanaman yang digantung memiliki tekstur daun lebih lembut dan lemas. Daun wijayakusuma jenis gantung bisa menjulang ke bawah sepanjang 1 meter. Lebar daunnya hanya sampai 3 sentimeter dan diameter bunga ketika mekar maksimal 8 sentimeter.
”Tanaman wijayakusuma jenis gantung ini maunya ditaruh di tempat sejuk. Kalau terkena panas, jadi kering,” jelasnya.
Ketika mekar, bunga wijayakusuma terlihat indah dan anggun. Bunga tersebut juga mengeluarkan wangi yang manis. Nyaris seperti bunga melati. Bunga wijayakusuma biasanya mekar di atas pukul 22.00.
”Bunga wijakusuma, kalau mekar, tidak lebih dari 24 jam. Jadi, ini menjadi momen langka,” ungkap dia.
Para pencinta bunga wijayakusuma pun harus sabar menunggu proses dari tanamannya masih kecil hingga berbunga. Karena itulah, bunga tersebut seolah memiliki kedekatan dengan si pemilik. ”Biasanya, orang suka proses hingga berbunga,” tandasnya.
Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.