Ratusan Ribu Pengikut Al-Sadr Unjuk Kekuatan dengan Salat Jumat di Baghdad

Ratusan Ribu Pengikut Al-Sadr Unjuk Kekuatan dengan Salat Jumat di Baghdad

Ratusan ribu warga Irak memenuhi seruan seorang ulama Syiah berpengaruh untuk melakukan salat Jumat di pusat zona pemerintahan Baghdad yang dijaga ketat, Jumat (5/8), sebagai unjuk kekuatan. Salat berjemaah besar-besaran itu berlangsung di tengah meningkatnya krisis politik yang membuat ibu kota negara itu dicengkeram kegelisahan.

Ulama berpengaruh Muqtada al-Sadr meminta pengikutnya dari berbagai penjuru Irak untuk datang dan salat Jumat di Zona Hijau Baghdad, kawasan yang dijaga ketat di jantung kota yang menampung gedung-gedung pemerintah dan kedutaan-kedutaan asing. Para pengikutnya itu datang, tanpa menghiraukan suhu musim panas yang luar biasa tinggi, sekitar 48 derajat Celcius.

Salat Jumat besar-besaran itu adalah unjuk kekuatan terbaru oleh ulama tersebut, yang kekuatan politiknya berasal dari dukungan akar rumput yang kuat.

Ratusan Ribu Pengikut Al-Sadr Unjuk Kekuatan dengan Salat Jumat di Baghdad

Pendukung ulama Irak Moqtada Sadr berkumpul untuk salat Jumat di Zona Hijau, zona keamanan tinggi di ibu kota Irak, Baghdad, 5 Agustus 2022. (Ahmad Al-Rubaye / AFP)

Al-Sadr memanfaatkan para pengikutnya yang besar sebagai taktik menekan saingannya, setelah partainya tidak dapat membentuk pemerintahan meskipun telah memenangkan jumlah kursi terbesar dalam pemilihan federal yang diadakan Oktober lalu.

Para pengikutnya itu berkumpul menghadap Victory Arch, sebuah monumen yang didirikan pada masa rezim Saddam Hussein untuk memperingati perang Iran-Irak.

Melangsungkan salat berjemaah di dalam zona yang diawasi sangat ketat yang tertutup bagi sebagian besar warga Irak itu menunjukkan kekuatan dan pengaruh besar ulama tersebut.

Sabtu lalu, ribuan pengikutnya menyerbu parlemen dalam upaya menggagalkan upaya saingan al-Sadr untuk membentuk pemerintahan. Sekitar 125 orang terluka dalam kekerasan itu, dan sebagian besar dari mereka adalah pengunjuk rasa.

Pengikut al-Sadr berkemah berhari-hari di dalam parlemen sampai ia memerintahkan mereka untuk keluar. Para pengikutnya kemudian melakukan aksi duduk di luar parlemen. Al-Sadr menyerukan pembubaran parlemen dan pemilihan awal.

Saingan-saingan al-Sadr dalam aliansi yang menamakan diri mereka Coordination Framework mengatakan mereka hanya akan mempertimbangkan pemilihan awal jika itu merupakan konsensus nasional. Aliasi itu sendiri mendapat dukungan pemerintah negara tetangganya, Iran. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.