Warga Sipil – Pemerintah Jerman sedang mengupayakan perjanjian migrasi dengan Georgia, Moldova, Uzbekistan, dan Kirgizstan, serta bersiap melakukan pembicaraan dengan Kenya dan Maroko untuk mengatur perekrutan pekerja terampil sekaligus mencegah migrasi ilegal.
“Georgia dan Moldova menjadi prioritas karena di sini kami dapat dengan cepat mengurangi migrasi ilegal, dan kedua negara menginginkan kemitraan,” kata Joachim Stamp, perwakilan khusus pemerintah Jerman terkait perjanjian migrasi, Selasa (8/8).
Lebih dari 10 persen permohonan suaka yang ditolak di Jerman berasal dari Georgia dan Moldova. Oleh karena itu, pembuatan perjanjian akan meringankan beban pemerintah kota dan pengadilan di negara itu.
Dalam enam bulan pertama tahun 2023, jumlah pendatang yang masuk secara ilegal ke Jerman meningkat lebih dari 50 persen secara tahunan menjadi 45.338 orang, menurut Kepolisian Federal Jerman.
Jumlah kasus penyelundupan manusia juga mencatat peningkatan. Pemerintah Jerman baru-baru ini meloloskan undang-undang baru guna memfasilitasi imigrasi pekerja terampil dari negara-negara di luar Uni Eropa (EU).
Menurut data resmi, tingkat migrasi bersih Jerman naik ke rekor 1,5 juta orang pada tahun 2022. Sebagian besar imigran baru yang masuk ke ekonomi terbesar di Eropa itu berasal dari Ukraina dan disusul oleh Suriah, Afghanistan, dan Turkiye.
Kebijakan imigrasi liberal Jerman menjadi pemicu ketegangan sosial. Menurut survei dari Civey untuk majalah Focus baru-baru ini, 83 persen warga negara Jerman khawatir tindakan menerima pengungsi akan menimbulkan masalah terkait keamanan, pasar perumahan, atau sistem sosial.
Krisis pekerja terampil yang signifikan sudah terjadi di Jerman, membuat populasi yang menua di negara itu bergantung pada imigrasi.
Menurut Institut Penelitian Ketenagakerjaan (IAB), kekurangan yang dialami dapat mencapai 7 juta pekerja pada 2035, kecuali jika Jerman mengambil tindakan pencegahan yang memadai.
Perjanjian migrasi dengan sejumlah negara, seperti Kirgizstan atau Uzbekistan, dapat memberikan lebih banyak peluang terkait perekrutan.
Dalam kunjungannya ke negara-negara tersebut pekan lalu, Stamp mengatakan bahwa dirinya telah bertemu dengan pekerja-pekerja muda yang sangat berkomitmen dan kompeten serta dapat berbicara dalam bahasa Jerman dengan sangat baik dan dibutuhkan sebagai pekerja terampil di negaranya.