Warga Sipil – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa perairan Indo-Pasifik harus menjadi wilayah yang damai, karena kaya potensi sumber daya dan merupakan jalur laut paling strategis di dunia.
Dalam Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) ke-11 yang diselenggarakan di Bali pada Rabu, dia mengatakan bahwa wilayah perairan tersebut tidak boleh digunakan untuk “proyeksi kekuatan yang tidak perlu” atau untuk membangun aliansi untuk menguasai negara lain.
“Perairan kita tidak boleh digunakan sebagai medan pertempuran atau platform untuk melancarkan serangan terhadap orang lain,” kata dia melalui pesan video yang diputarkan dalam forum tersebut.
Retno memperingatkan bahwa kegagalan dalam mengelola wilayah maritim dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik.
“Kita harus menghindari wilayah kita berubah menjadi pusat konflik,” ujar dia.
Selama lima dekade terakhir, Retno menjelaskan, ASEAN telah berupaya untuk mencegah potensi konflik di antaranya melalui kepatuhan terhadap hukum internasional dan arsitektur kawasan yang inklusif.
Untuk itu, konsistensi negara-negara dalam menerapkan hukum internasional termasuk UNCLOS dan aturan main lainnya seperti ZOPFAN, TAC, dan SEANWFZ harus menjadi panduan untuk bergerak maju.
“Semua negara harus dapat merasa aman dan tenteram, bebas dari ancaman kekuatan militer. Wilayah maritim kita harus berkontribusi untuk menjadikan kawasan ini sebagai episentrum pertumbuhan,” tutur Retno, mengacu pada tema keketuaan Indonesia di ASEAN tahun itu.
“Dalam hal ini, kita harus mencari cara dan sarana untuk mengatur perilaku kita di ranah maritim Indo-Pasifik,” ujar dia, menambahkan.
Indo-Pacific hosts the world’s most strategic sea lanes, as an important source of livelihood & where the interests of great powers collide.
At the 11th Expanded ASEAN Maritime Forum (2/8), I highlighted common visions that our seas must be a sea of peace & a sea of cooperation.
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI)
Lebih lanjut, Retno menyoroti pentingnya kerja sama di perairan Indo-Pasifik sebagai pendorong untuk membangun kepercayaan dan perdamaian abadi.
Kerja sama tersebut, kata dia, harus diarahkan untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap laut, polusi dan puing-puing laut, dan kejahatan terorganisir transnasional, seperti IUU fishing.
Kerja sama juga penting dibangun untuk mengembangkan ekonomi biru, mempromosikan keselamatan maritim, dan mendukung penghidupan masyarakat pesisir.
“Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik sangat penting untuk membangun kebiasaan kerja sama di bidang maritim,” kata Retno.
EAMF merupakan platform dialog kebijakan dan upaya bersama untuk mengembangkan pendekatan komprehensif terhadap kerja sama dan tata kelola maritim di Indo-Pasifik.
Forum tersebut diikuti oleh 18 negara di bawah mekanisme East Asia Forum (EAS) yang mencakup 10 negara anggota ASEAN, serta Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan AS.