Warga Sipil – Beijing dan kota-kota sekitarnya mengalami hujan tanpa henti selama empat hari hingga Selasa ini, saat topan yang melemah menyebabkan hujan tanpa henti dan banjir yang meluas di China utara, serta menyebabkan 11 orang tewas.
Sungai meluap hingga tingkat membahayakan, membuat Beijing menggunakan waduk penampung banjir untuk pertama kalinya sejak dibangun 25 tahun lalu.
Sementara pada Senin malam, otoritas ibu kota China itu menutup lebih dari 100 jalan pegunungan dan mengevakuasi lebih dari 52.000 warga dari tempat tinggal mereka.
Sementara itu, korban tewas mencapai 11 orang pada Selasa pagi, dan 27 lainnya dilaporkan hilang, menurut Beijing Daily. Dua korban meninggal saat operasi penyelamatan dan pertolongan.
Doksuri, salah satu badai terkuat yang melanda China dalam beberapa tahun, melemah saat bergerak ke wilayah pedalaman, tetapi pihak berwenang memperingatkan akan adanya resiko banjir dan bencana geologi lainnya.
Badai lokal dan angin kencang diperkirakan melanda Beijing pada Selasa, demikian pula dengan kota tetangga Tianjin dan provinsi Hebei, kata media penyiaran resmi CCTV.
Saat hujan turun, matinya aliran air dan listrik serta kesulitan mendapatkan bahan makanan menyulitkan kehidupan sehari-hari warga, menurut media lokal dan unggahan media sosial.
Distrik Fangshan Beijing mengatakan akan mengerahkan helikopter untuk membagikan makanan, air minum, dan persediaan darurat untuk desa-desa di wilayah pegunungan yang terisolasi.
Perusahaan pengantaran makanan Meituan telah menambah staf dan memperpanjang waktu pengantaran saat pesanan sayur-mayur, daging dan telur meningkat 50 persen dan keseluruhan jumlah belanja di aplikasinya meningkat 20 persen, menurut media.
Beberapa jalur kereta bawah tanah di ibukota, mencakup kereta di pinggiran barat, dihentikan pada Selasa. Distrik Mentougou Beijing di barat menyaksikan kerusakan yang dramatis sehari sebelumnya, setelah hujan lebat membuat jalanan menjadi sungai, dan menghanyutkan mobil-mobil.
Hampir 400 penerbangan dibatalkan pada Selasa dan ratusan lainnya tertunda di dua bandara Beijing, merujuk aplikasi Flight Master.
Beijing mencatat rata-rata curah hujan sejak Sabtu hingga awal Senin mencapai 260 mm, dengan Waduk Changping Wangjiayuan mencatat curah hujan tertinggi 738,3 mm.
Pemerintah kota mengatakan curah hujan yang turun dalam beberapa hari memecahkan rekor dari badai parah 11 tahun lalu pada Juli 2012. Beijing dilanda badai terkuat sejak berdirinya China modern, dengan kota dilanda curah hujan mencapai 190,3 mm dalam sehari, dan berdampak kepada 1,6 juta penduduk.
Di provinsi Hebei, hujan sejak Sabtu hingga Senin di stasiun cuaca lokal mencapai lebih dari hujan setengah tahun, dengan curah hujan mencapai 1.003 mm dalam waktu tiga hari yang biasanya dalam setahun rata-rata hanya mencapai 605 mm.
Otoritas Hebei membuka penampungan banjir dan mengalihkan area untuk mengurangi resiko banjir di tepi sungai Han, di mana sebanyak lima sungai bertemu di wilayah yang hampir seukuran Inggris.
Di wilayah Wenan, area penampungan dengan kapasitas terbesar untuk daerah aliran sungai berada, lebih dari 16.000 warga direlokasi dari sekitar sungai Zhaowangxin selama akhir pekan.
Doksuri yang menyapu pesisir Fujian pekan lalu, menyebabkan kerugian ekonomi langsung sebesar 14,76 miliar yuan (Rp31,1 miliar) di provinsi tenggara dan berdampak terhadap 2,7 juta penduduk, dengan hampir 562 ribu dievakuasi serta lebih dari 18 ribu rumah dalam kondisi hancur, kata media resmi.
Saat Doksuri menghilang, Topan Khanun diperkirakan melanda laut China Timur pada Rabu pagi, diperkirakan bakal berdampak di wilayah padat penduduk provinsi Zheijiang serta menimbulkan lebih banyak kerusakan bagi tanaman jagung dan lainnya yang sebelumnya telah dilanda Doksuri.
Sumber: Reuters