Warga Sipil – Malaysia menyerukan kepada semua pihak untuk bekerja sama dalam menangani isu Islamofobia dengan menampilkan citra Islam yang sebenarnya sebagai agama yang membawa pesan perdamaian, kesederhanaan dan toleransi.
Seruan itu disampaikan oleh Pemerintah Malaysia dalam Sidang Luar Bisa Organisasi Kerja sama Islam (OKI) ke-18,yang khusus membahas kejahatan berulang penghinaan dan pembakaran Al Quran yang terjadi di Swedia dan Denmark.
Wakil Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Alamin melalui siaran pers yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri di Putrajaya, Selasa, mengatakan bahwa dalam Sidang Luar Biasa ke-18 Dewan Menteri Luar Negeri OKI itu, Malaysia juga menekankan pentingnya prinsip-prinsip universal dalam menghormati agama dan kitab suci agama lain.
Sebanyak 32 negara dalam Sidang Luar Biasa OKI yang diadakan secara daring yang diketuai Menteri Luar Negeri Republik Mauritania telah memberikan pernyataan negara masing-masing dan telah secara bulat menentang insiden penghinaan dan pembakaran Al Quran di beberapa negara, dan menyerukan negara-negara terkait untuk mencegah insiden serupa terulang di masa depan.
Sidang Luar Biasa ke-18 Dewan Menteri Luar Negeri OKIitu juga telah mengadopsi Resolusi tentang Kejahatan Berulang Penghinaan dan Pembakaran Al-Qur’an.
Di antara inti dari Resolusi itu adalah pernyataan mengutuk keras peristiwa penghinaan dan pembakaran Al Quran yang terjadi di beberapa negara, memastikan bahwa semua negara anggota OKI menempatkan agenda memerangi sentimen Islamofobia sebagai salah satu prioritas dan selalu mendapat perhatian dalam semua platform internasional, seperti Majelis Umum PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Sebagai salah satu negara pendiri OKI, menurutMohamad Alamin, Malaysia tetap berkomitmen untuk mengedepankan penghormatan dan perlindungan penuh terhadap kitab suci agama serta memerangi sentimen Islamofobia yang semakin mengkhawatirkan.
Aksi penistaan dan pembakaran Al Quran terjadi lima kali di Eropa sejak awal 2023. Beberapa insiden terbaru terjadi pada 25 Juni, bertepatan dengan Hari Idul Adha yang dirayakan seluruh Muslim di dunia.
Pelaku pembakaran Al Quran merupakan seorang imigran asal Irak yang ada di Swedia. Insiden pembakaran itu berlangsung di depan masjid terbesar di Stockholm.
Insiden kembali terjadi pada 22 Juli di mana anggota kelompok sayap kanan Denmar, Danske Patrioter, membakar kitab suci Islam tersebut di depan Kedutaan Besar Irak di Kopenhagen.