Pengalaman Ramadan Siswi Pesantren Sukabumi di Wisconsin, Amerika Serikat

Pengalaman Ramadan Siswi Pesantren Sukabumi di Wisconsin, Amerika Serikat

Pengalaman Ramadan Siswi Pesantren Sukabumi di Wisconsin, Amerika Serikat

wargasipil.com – Nama saya Nadira Azrina dan saya bersekolah di Pesantren Al Bayan di Sukabumi . Saat ini saya adalah peserta program pertukaran yang disponsori pemerintah AS, yaitu program Kennedy-Lugar Youth Exchange & Study (KL-YES), program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat . Bulan April ini adalah bulan ke-8 saya di Amerika Serikat . Saya ditempatkan di negara bagian Wisconsin, tepatnya di kota Madison. Saya tinggal di kompleks kondominium bersama host family atau keluarga angkat Amerika.

Di Amerika, saya bersekolah di Vel Phillips Memorial High School. Lokasi sekolah lumayan dekat dari tempat tinggal saya. Tinggal bersama host family adalah pengalaman yang sangat berkesan untuk saya. Saya sangat bersyukur karena saya sangat diterima dan dianggap sebagai keluarga dengan host family saya. Saya sangat suka bercerita tentang budaya Indonesia kepada host family saya. Dengan berbagi cerita, saya juga dapat belajar lebih dalam tentang budaya Amerika Serikat dari host family saya. Beruntungnya, host family saya juga beragama Islam, sehingga pada bulan Ramadan ini saya mendapat berbagai kemudahan.

Durasi puasa di negara bagian saya sekitar 13 jam, hanya lebih lama sedikit dari durasi puasa di Indonesia. Saya menggunakan kalender Ramadan yang dibagikan oleh organisasi Muslim di komunitas saya untuk melihat jadwal puasa . Saya juga menggunakan aplikasi “Muslim Pro” untuk mendeteksi waktu sahur dan berbuka puasa . Sekarang sedang musim semi di negara bagian saya, cuacanya hampir mirip dengan Indonesia. Terkadang hujan deras dan lebat dan terkadang matahari terik memanaskan udara.

Untuk menu Sahur, biasanya host mom saya membuat oatmeal atau roti panggang. Namun, karena banyaknya acara buka puasa yang kami datangi, ada banyak sekali makanan sisa yang kami makan untuk Sahur. Saya biasanya berbuka dengan karbohidrat nasi atau roti dan menambahkan protein seperti ayam atau daging lainnya.

Makanan khas yang disantap saat berbuka atau sahur di Amerika sesungguhnya sangat beragam, berbeda-beda untuk berbagai keluarga. Bagi Host family saya, sajian khas yang harus ada untuk berbuka adalah kurma yang diisi dengan coklat nutella dan ditaburi kacang pistachio. Awalnya saya pikir itu adalah kombinasi yang sangat aneh, namun sekarang saya sangat suka sekali makanan ini. Mengenai makanan halal, karena banyaknya persentase komunitas muslim di kota saya, banyak restoran-restoran halal yang buka di sekitaran kota.

Pengalaman saya sebagai seorang muslim di Amerika lumayan unik. Saya banyak belajar dari Host family saya yang juga memeluk agama Islam. Karena banyaknya keluarga yang muslim di lingkungan saya, ada banyak rekan-rekan di sekolah yang juga berpuasa di bulan Ramadan . Host family saya selalu menghibur saya untuk tidak bersedih karena saya sangat jauh dari keluarga di bulan Ramadan ini, kami banyak melakukan aktivitas malam seperti menghafal doa-doa dan membaca buku cerita tentang Nabi-nabi. Rekan-rekan saya di sekolah sangat mendukung dengan tidak makan di depan saya saat jam makan siang dan memilih untuk makan di tempat lain dan lalu duduk bersama saya jika sudah menyelesaikan makanya.

Di bulan Ramadan , masjid-masjid di sekitaran kota saya selalu penuh dari mulai waktu salat azhar hingga selesainya tarawih. Banyak masjid yang menyediakan santapan untuk berbuka puasa . Persentase wabah COVID-19 di negara bagian saya sudah lumayan menurun, oleh karena itu kegiatan komunitas Muslim kembali menjadi offline atau tatap muka. Saya dan host family menunaikan salat tarawih di salah satu masjid di kota kami bernama Islamic Center of Madison, biasanya masjid menjadi sangat penuh pada hari-hari libur jadi kami mengutamakan untuk salat tarawih di masjid pada hari-hari biasa minimal seminggu sekali.

Saya sangat bersyukur karena bisa menjalin hubungan dengan komunitas Muslim di kota saya. Anggota komunitas Muslim di kota saya sungguh beragam, banyak yang datang dari berbagai negara seluruh dunia mulai dari Gambia, Maroko, Afghanistan, Pakistan, Arab Saudi, Emirat, Kazakhstan dan masih banyak lagi! Saya bisa mempelajari tradisiRamadan dari berbagai belahan dunia disini.

Tantangan besar yang saya hadapi saat berpuasa di Amerika Serikat adalah pergantian waktu dan perpindahan posisi matahari yang sangat cepat, waktu Sahur akan menjadi semakin cepat dan waktu berbuka akan semakin lambat! Berbeda dengan di Indonesia yang durasi puasa tidak jauh berbeda sepanjang bulanya. Saya juga sangat rindu dengan makanan-makanan takjil yang biasa saya kudap di Indonesia, rasanya aneh sekali buka puasa tidak dengan es buah!

Berpuasa di Amerika Serikat sungguh pengalaman yang berbeda, Saya belajar banyak tentang artinya toleransi dan memahami orang lain. Bulan Ramadan menjadi sarana bagi saya untuk berbagi tentang tradisi berpuasa di Indonesia kepada komunitas muslim ataupun teman-teman dan guru-guru di sekolah.

Walaupun saya merindukan kebersamaan Ramadan di Indonesia, saya bersyukur dapat menemukan hangatnya kebersamaan itu di Amerika Serikat . ***