JawaPos.com- Tong Edan. Entah siapa kali pertama pencipta nama itu. Yang pasti, atraksi motor dengan suara bising dari balik tong atau drum raksasa itu memiliki magnet tersendiri. Menjadi hiburan pengunjung pasar malam, meski si joki motor terkadang terasa menantang maut.
Senin (25/7) malam, pertunjukan tong edan di Taman Hiburan Rakyat (THR) Alun-Alun Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, berbuah petaka. Tiga orang penonton yang tengah asyik melihat tertabrak. Motor lepas kendali. Satu korban terluka parah dan dirujuk ke IGD RSD Soebandi. Dua orang lainnya luka ringan.
Dari video amatir yang beredar, detik-detik kecelakaan di wahana permainan ekstrem itu terekam samar-samar. Ketika sedang berputar-putar, si joki motor tiba-tiba. Lalu, motor ini menghantam sejumlah penonton. Kepanikan pun sempat terjadi.
Kapolsek Ambulu AKP Ma’ruf mengatakan, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 21.15 WIB. Kala itu, Suwoko alias Unyil selaku joki motor sedang beratraksi. Berputar-putar di wahana tong edan “Setan Jaya”. Nah, saat itulah, pemuda 33 tahun asal Kecamatan Blimbing, Kota Malang, itu terjatuh. Motornya lepas kendali. Menghantam sejumlah penonton yang sedang menyaksikan pertunjukan tersebut.
’’Kejadian ini mengakibatkan empat orang terluka. Tiga orang penonton dan satu lagi pengendara tong edan itu sendiri. Satu penonton di antaranya terluka parah dan dirujuk ke RSD dr Soebandi Jember,” kata Ma’ruf seperti dilansir Jawa Pos Radar Jember.
Tiga penonton yang menjadi korban tong edan itu adalah Muhamad Syaifudin. Bocah 11 tahun ini berasal dari Desa Pontang, Kecamatan Ambulu. Korban mengalami luka cukup parah di bagian kepala. Korban kedua, Afif Khoirul Anam,12, asal Desa Pontang, Kecamatan Ambulu. Korban ketiga, Adi Setiono, 30, warga Dusun Sumberan, Ambulu.
Ma’ruf menambahkan, sejauh ini pihaknya masih mendalami kejadian itu. Apakah murni kelalaian pengendara atau memang ada sebab lain. Misalnya kondisi wahana yang kurang aman atau keadaan motor Yamaha RX Spesial yang digunakan atraksi sudah tidak layak lagi. “Kami masih meminta keterangan sejumlah saksi. Termasuk pengelola wahana,” jelasnya.
Anggota Polsek Ambulu Aiptu Ali Hakim mengungkapkan, sebenarnya atraksi itu dilakukan oleh dua joki. Satu joki laki-laki dan seorang lagi perempuan. Namun, di ujung atraksi, ketika joki perempuan berakhir dengan landai dan aman, joki laki-laki masih terus berputar-putar hingga terjatuh. Saat sang joki terjatuh inilah, motor tersebut lepas kendali dan naik ke atas wahana hingga menghantam penonton.
“Akibatnya tiga penonton terluka. Ketiganya sempat dirawat di puskesmas. Dua korban diperbolehkan pulang karena luka ringan, sedangkan satu korban lagi dirujuk ke RSD dr Soebandi karena lukanya cukup serius,” kata Ali.
Dia juga mengungkapkan, atraksi tong edan di arena THR Ambulu itu sudah memiliki izin keramaian. Dimulai 17 Juli dan berakhir 2 Agustus. Ali menyebut, atraksi tong edan itu sempat mendapat teguran. Sebab, para joki memanasi mesin ketika azan Isya masih berkumandang.
“Mereka sempat mendapat teguran petugas karena saat orang salat Isya, mereka sudah mulai memanasi mesin motor, sampai terdengar orang yang salat di masjid. Lokasi masjid tidak jauh dari atraksi,” tuturnya.
Setelah mendapat laporan, polisi telah mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) yang berada di Alun-Alun Ambulu itu. Aparat menemukan, di lokasi beberapa pagar besi yang menjadi pembatas antara wahana dan penonton rusak akibat hantaman motor yang keluar dari lingkaran tong edan. “Kami juga telah meminta keterangan sejumlah saksi. Di antaranya pengelola wahana, serta keluarga korban,” ujarnya.
Mengais Rezeki, Menantang Bahaya
Fajar Rohman adalah salah seorang joki motor di wahana tong edan. Saat ditemui Jawa Pos di arena pasar malam di Kota Gresik pekan lalu (20/7), sore itu dia tampak mulai memeriksa motornya. Sorot matanya langsung tertuju pada Yamaha RX-Special, motor yang selalu menemaninya. Menghibur penonton, mengais rezeki. ’’Kondisi ban harus sering diperiksa agar tidak selip,’’ ungkapnya.
Setelah itu, Fajar pun mulai menghidupkan mesin motor bertenaga 115 cc itu. Suara bising dari knalpot brong pun langsung terdengar memecah keramaian pasar malam di kawasan Jalan Tri Dharma, Kecamatan Gresik Kota, tersebut. ’’Sudah siap beraksi untuk nanti malam,’’ ujar pemuda 23 tahun itu.
Setelah memastikan kondisi motor, Fajar pun memeriksa kondisi jalur lintasan yang terbuat dari pelat besi. Berbentuk tabung lingkaran berdiameter 8 meter dengan tinggi mencapai 6 meter. Di situlah Fajar setiap saat beraksi, bergerak memutar sembari mengendarai motor. ’’Bisa dibilang, muter-muter golek duit,’’ kelakarnya.
Rutinitas tersebut selalu dilakukannya sebelum menghibur penonton. Maklum saja, pekerjaan sebagai joki motor tong edan memerlukan persiapan khusus. Terutama faktor keamanan dan keselamatan. ’’Kuncinya harus tenang dan fokus melihat arah depan. Seperti naik motor biasa,’’ ujar pria asal Pare, Kabupaten Kediri, itu.
Dari atraksi tersebut, setiap malam Fajar meraup keuntungan rata-rata Rp 300 ribu. Namun, selama tampil di Gresik, antusiasme penonton cukup tinggi. Koceknya pun bertambah hingga dua kali lipat. ’’Alhamdulillah, bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga,’’ ujar bapak satu anak itu.
Terkadang, Fajar harus unjuk gigi untuk mendapatkan keuntungan lebih. Dia melakukan berbagai freestyle. Baik lepas tangan maupun duduk menyamping. ’’Paling susah gaya scorpio, berdiri dengan satu kaki. Saya belum menguasai betul gaya tersebut,’’ paparnya.
Hal itu tentu dilakukan untuk memuaskan penonton. Padahal, untuk menikmati atraksi tong edan tersebut, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp 15 ribu setiap atraksi yang berlangsung sekitar 15 menit itu. Biasanya, dimulai pukul 19.00 hingga 22.00 WIB. ’’Banyak juga yang nyawer, bahkan mengajak foto bareng setelah selesai tampil,’’ ujarnya malu.
Meski demikian, pekerjaan tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Selama pandemi Covid-19, Fajar kehilangan panggung hampir dua tahun. Dia pun harus banting setir menjadi sopir toko bangunan untuk bertahan hidup. Faktor cuaca juga menjadi penentu. Jika kondisi hujan, dia pun harus berpikir ulang untuk tampil. ’’Khawatir licin dan penonton pasti sepi,’’ tuturnya.
Belum lagi, lanjut dia, jika harus berhadapan dengan penonton nakal. Bahkan bisa tergolong membahayakan dan menghambat aksinya. ’’Ngeprank mau nyawer. Setelah didekati, ternyata nggak jadi,’’ ungkapnya.
Padahal, untuk menggerakkan motornya ke dinding atas, dia memerlukan nyali lebih. Apalagi, jarak roda dengan dinding pembatas tinggal sejengkal. ’’Khawatir kebablasan. Lebih baik jangan ngeprank biar semua selamat,’’ harapnya.
Menjadi joki atraksi berbahaya juga membuatnya harus menahan rindu dengan keluarga. Maklum saja, jadwalnya cukup padat hingga akhir tahun nanti. Seminggu lagi, dia pun berpindah ke Kota Ngawi. ’’Kejar setoran untuk keluarga. Tapi, sering telepon sebelum tampil. Minta doa dari istri dan anak agar diberi kelancaran,’’ harapnya.
Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.